Instructions

Recomended

Categories

Connect With Us

Blogger Tricks

GetRank - Webmaster and Seo Tools

video motivasi

Koleksi Terbaru Kami
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan

Hari Esok

Tidak seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi esok, bahkan yang akan terjadi satu jam, satu menit, dan satu detik ke depan sekalipun.



Namun demikian, kita harus tetap melangkah dengan tegap. Artinya apa? Artinya adalah kita harus hidup dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari.

Ada sebuah kisah, tersebutlah seorang laki-laki yang pada suatu ketika ditinggal mati oleh istrinya, sehingga kini ia hanya hidup bersama anak laki-lakinya dan juga ibunya yang sudah tua.

Laki-laki tersebut menjadi sangat sedih, dan sebagai kompensasi kesedihannya, dia bekerja dengan sedemikian kerasnya. Setiap hari ia bekerja pagi-pagi sekali sampai larut malam.

Beberapa kali ibunya menyatakan kerinduannya untuk pulang kampung, menikmati udara pedesaan bersama anak dan cucunya tersebut. Tetapi, beberapa kali juga laki-laki tersebut menolaknya dengan alasan sibuk bekerja.

Demikian pula ia pun menolak saat anak semata wayangnya, berkali-kali memohon kepada sang ayah agar memiliki waktu baginya untuk mengerjakan PR atau sekadar jalan-jalan pada sore hari.

Suatu hari, terjadilah kebakaran hebat yang melanda perumahan yang ditinggali oleh laki-laki tersebut bersama ibu dan anaknya. Naas tak dapat ditolak, ibu dan anak semata wayangnya ternyata menjadi korban kebakaran tersebut. Mereka berdua mati terpanggang dan tertimbun reruntuhan rumahnya.

Tentu saja laki-laki itu sangat menyesal karena belum bisa memenuhi permintaan ibu maupun anaknya. Apa daya, berapa banyak pun uang yang dimilikinya sebagai hasil kerja kerasnya selama ini tidak berarti apa-apa bagi dirinya, karena orang-orang yang dikasihinya sudah tiada.

Marilah kita gunakan waktu yang masih ada pada kita dengan sebaik-baiknya, dan perhatikanlah bagaimana kita hidup. —Pdt. David Nugrahaning Widi

Cerita Inspiratif: Baik BURUK Siapa yang tahu?


Ada seorang raja yang begitu senang berburu. Suatu ketika, saat berburu, jarinya terluka. Tabibnya yang tua merawat jari itu. Raja, karena gelisah, bertanya, "Bagaimana tabib, apakah jariku bakal baik atau buruk?" 
Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?" ("Baik? Buruk? Siapa yang tahu?")


Beberapa hari kemudian, jari itu terinfeksi hingga jadi bengkak. Raja kembali menemui tabibnya dengan panik, "Apa yang terjadi? Apa lukaku akan baik-baik saja?" 
Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?"


Jelas ucapan tabibnya itu tidak membuat raja terkesan sama sekali, namun ia hanya bisa memercayai tabibnya. Beberapa hari kemudian luka itu sudah begitu parahnya hingga tabib harus memotong jarinya. Amputasi!


"Baik? Buruk? Aku tahu ini buruk!!!" Raja murka dan menjebloskan tabibnya ke penjara karena tidak bisa menyelamatkan jarinya. Setelah menjebloskannya, raja berseru kepada tabib dalam penjara, "Nah sekarang bagaimana perasaanmu, hah?" Tabib menukas," Good? Bad? Who knows?" Raja mendengus, "Dasar tabib sinting!"


Setelah luka di jarinya sembuh, raja kembali berburu. Kali ini ia mengejar buruannya makin ke pelosok rimba, terpisah dari rombongannya, dan ia ditangkap oleh suka penghuni rimba. Mereka menangkapnya untuk dikorbankan kepada dewa-dewa mereka. Bukan kepalang takutnya raja kita ini. Akan tetapi, tepat ketika raja nyaris dikorbankan, mereka melihat jari tangannya kurang satu! Suku rimba itu berkata, "Kami tidak bisa mengorbankan kamu. Kamu tidak sempurna untuk jadi korban!" Jadi mereka melepaskannya.


Ketika raja berhasil pulang ke kerajaannya, ia berpikir, "Wow! Betapa beruntungnya aku! Jika seluruh jariku lengkap, aku pasti sudah mati!" Lalu ia menemui tabib di penjara dan berkata, "Menakjubkan! Memang aku kehilangan jariku, tapi siapa yang tahu apakah ini baik atau buruk? Dan ini baik bagiku! Terima kasih banyak! Aku membebaskanmu dari penjara!"


Raja melanjutkan, "Aku menyesal telah berbuat buruk memenjarakanmu." Tabib itumenyeletuk, "Apa maksud Paduka memenjara hamba adalah buruk? Justru bagus hamba masuk penjara! Karena jika hamba tidak di penjara, hamba pasti akan bersama Paduku saat berburu! Suku rimba akan menangkap hamba, dan karena jemari hamba lengkap, hambalah yang akan dikorbankan!"


Makna kisah ini adalah....baik atau buruk, siapa sih yang tahu? Jika suami Anda meninggalkan Anda karena perempuan lain...Good? Bad? Who knows? Ini sungguh benar. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. 
Anda kehilangan rumah Anda : Good? Bad? Who Knows?


Hal yang menakjubkan mengenai hidup adalah hidup ini begitu tidak pasti. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Namun terhadap semua hal yang terjadi dalam hidup, kita bisa memiliki hubungan yang baik terhadapnya, ramah, menerimanya. Kita tidak menyalahkan kehidupan, marah atau sedih pada hidup, sebab...Good? Bad? Who Knows?


Ketika pacar saya mencampakkan saya, rasanya sangat menderita. Namun kini saya bisa berkata, "Terima kasih banyak. Karena jika kamu tidak mencampakkanku, aku sudah menikah denganmu kini, punya anak, lalu cerai, dengan banyak cicilan dan tagihan. Menjadi gila seperti orang lain. Jadi terima kasih sudah mencampakkanku. Terima kasih banyak!"


Saya ingat ada orang yang pernah datang ke Vihara Bodhinyana dan menceritakan kisah nyata yang mengubah hidupnya ini. Ia adalah seorang pengusaha Australia yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Mumbai, dan setelah menyelesaikan urusannya, ia berencana terbang ke Inggris. Ia memesan taksi dari hotelnya. "Antar saya ke bandara!"


Taksi itu membawanya ke bandara, namun salah jalan dan nyasar. Kadang para supir taksi ini, bahkan meski mereka bekerja di tengah kota, mereka sering tidak tahu jalan. Akibatnya taksinya kesasar, waktu makin mepet, pesawat segera terbang. Orang Australia ini makin lama makin cemas, kesal, bahkan marah, "Cepat antar saya ke bandara! Tanya polisi! Tanya siapa pun! Pokoknya bawa saya ke sana secepat mungkin!"


Harapan terakhir yang ia punya adalah semoga pesawatnya ditunda terbang. Namun ketika sampai di bandara, ia bisa melihat pesawatnya sudah lepas landas, terbang ke angkasa, "Supir sialan! Aku ketinggalan pesawat!"


Kemudian ia melihat pesawat itu mendadak turun lagi, lalu jatuh! Seluruh penumpangnya tewas! Ia menyaksikan itu..., termangu..., lalu berkata, "Aduuuh, terima kasih supir taksi!" Ia pun memberikan tip besar ke supir taksi itu. Namun ada sesuatu yang mengubah seluruh hidupnya.


Bagaimana Anda bisa begitu marah dan kritis terhadap hal yang tidak berjalan sesuai keinginan Anda? 


Ini adalah falsafah indah mengenai kehidupan, yang berarti Anda tidak menjadi negatif sama sekali terhadap hidup, namun...Good? Bad? Who Knows?


Sumber : si cacing dan kotoran kesayangannya 2

Dua Bata Jelek

Setelah kami membeli tanah untuk wihara kami pada tahun 1983, kami jatuh bangkrut. Kami terjerat hutang. Tidak ada bangunan diatas tanah itu, bahkan sebuah gubuk pun tak ada. Pada minggu-minggu pertama, kami tidur diatas pintu-pintu tua yang kami beli murah dipasar loak. Kami mengganjal pintu-pintu itu dengan batu bata disetiap sudut untuk meninggikannya dari tanah (tak ada matras - tentu saja, kami kan petapa hutan).Biksu Kepala mendapatkan pintu yang paling bagus, pintu yang datar. Pintu saya bergelombang dengan lubang yang cukup besar ditengahnya, yang dulunya tempat gagang pintu. Saya senang karena gagang pintu itu telah dicopot, tetapi malah jadi ada lubang persis ditengah-tengah ranjang pintu saya. Saya melucu dengan mengatakan bahwa sekarang saya tak perlu bangkit dari ranjang jika ingin ketoilet! Kenyataanya, ada saja, angin masuk melewati lubang itu, saya jadi tak bisa tidur nyenyak sepanjang malam-malam itu.Kami hanyalah biksu-biksu miskin yang memerlukan sebuah bangunan. Kami tak mampu membayar tukang-bahan-bahan bangunannya saja sudah cukup mahal. Jadi saya harus belajar cara bertukang: bagaimana cara mempersiapkan pondasi, menyemen dan memasang batu bata, mendirikan atap, memasang pipa-pipa- pokoknya semua. Saya adalah seorang fisikawan teori dan guru SMA sebelum menjadi biksu, tidak terbiasa bekerja kasar. Setelah beberapa tahun, saya menjadi cukup terampil bertukang, bahkan saya menjuluki tim saya ”BBC” (Buddhist Building Company). Tetapi, pada saat memulainya, ternyata bertukang itu sangat sulit. Kelihatannya gampang, membuat tembok dengan batu bata: tinggal tuangkan seonggok semen, sedikit ketok sana, sedikit ketok sini. Ketika saya mulai memasang batu bata, saya ketok satu sisi untuk meratakannya, tetapi sisi lainnya malah jadi naik. Lalu saya ratakan sisi yang naik itu, batu batanya jadi melenceng. Setelah saya ratakan kembali, sisi yang pertama jadi terangkat lagi. Coba saja sendiri!Sebagai seorang biksu, saya memiliki kesabaran dan waktu sebanyak yang saya perlukan. Saya pastikan setiap batu bata terpasang sempurna, tak peduli berapa lama jadinya. Akhirnya saya, menyelesaikan tembok batu bata saya yang pertama dan berdiri dibaliknya untuk mengagumi hasil karya saya. Saat itulah saya melihatnya -- oh, tidak!-saya telah keliru menyusun dua batu bataSemua batu bata lain sudah lurus, tetapi dua batu bata tersebut tampak miring. Mereka terlihat jelek sekali. Mereka merusak keseluruhan tembok. Mereka meruntuhkannya.Saat itu, semennya sudah terlanjur terlalu keras untuk mencabut dua batu bata itu, jadi saya bertanya kepada kepala wihara apakah saya boleh membongkar tembok itu dan membangun kembali tembok yang baru, atau kalau perlu, meledakkannya sekalian. Saya telah membuat kesalahan dan saya menjadi gundah gulana. Kepala wihara bilang tak perlu, biarkan saja temboknya seperti itu.Ketika saya membawa para tamu pertama kami berkunjung keliling wihara kami yang baru setengah jadi, saya selalu menghindarkan membawa mereka melewati tembok bata yang saya buat. Saya tak suka jika ada orang yang melihatnya. Lalu suatu hari, kira-kira 3-4 bulan setelah saya membangun tembok itu, saya berjalan dengan seorang pengunjung dan dia melihatnya. ”Itu tembok yang indah,” ia berkomentar dengan santainya.”Pak,” saya menjawab dengan terkejut, ”Apakah kaca mata anda tertinggal dimobil? Apakah penglihatan anda terganggu? Tidakkah anda melihat dua batu bata ”jelek” yang merusak keseluruhan tembok itu?”Apa yang ia ucapkan selanjutnya telah mengubah keseluruhan pandangan saya terhadap tembok itu, berkenaan dengan diri saya sendiri dan banyak aspek lainnya dalam kehidupan. Dia berkata, ”ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga bisa melihat 998 batu bata yang bagus.”Saya tertegun. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan, saya mampu melihat batu bata-batu bata lainnya selain dua bata jelek itu. Di atas, dibawah, dikiri, dan di kanan dari dua batu bata jelek itu adalah batu bata yang bagus, batu bata yang sempurna. Lebih dari itu jumlah bata yang terpasang sempurna, jauh lebih banyak dari pada dua bata jelek itu. Selama ini, mata saya hanya terpusat pada dua kesalahan yang telah saya perbuat, saya terbutakan dari hal-hal lainnya. Itulah sebabnya tak tahan melihat tembok itu, atau tak rela membiarkan orang lain melihatnya juga. Itulah sebabnya saya ingin menghancurkanya. Sekarang, saya dapat melihat batu bata-batu bata yang bagus, tembok itu juga tampak tak terlalu buruk lagi. Tembok itu menjadi, seperti yang dikatakan pengunjung itu, ”sebuah tembok yang indah.” Tembok itu masih tetap berdiri sampai sekarang, setelah dua puluh tahun, namun saya sudah lupa dimana dua batu jelek itu berada. Saya benar-benar tak dapat melihat kesalahan itu lagi.Berapa banyak orang yang memutuskan hubungan atau bercerai karena semua yang mereka lihat dari diri pasangannya adalah ”dua bata jelek” ? Berapa banyak diantara kita yang menjadi depresi atau bahkan ingin bunuh diri, karena smua yang kita lihat dalam diri kita hanyalah ” dua bata jelek ”? Pada kenyataannya, ada banyak, jauh lebih banyak batu bata yang bagus -- diatas, dibawah, dikiri, dan dikanan dari yang jelek -- namun pada saat itu kita tak mampu melihatnya.Malahan, setiap kali kita melihatnya, semua akan tampak tak terlalu buruk lagi. Bukan hanya kita bisa berdamai dengan diri sendiri, termasuk dengan kesalahan-kesalahan kita, namun kita juga bisa menikmati hidup bersama pasangan kita.Ini kabar buruk bagi pengacara urusan perceraian, tapi ini kabar baik bagi anda.Saya telah beberapa kali menceritakan anekdot ini. Pada suatu pertemuan, seorang tukang bangunan mendatangi dan memberi tahu saya tentang rahasia profesinya.”Kita para tukang bangunan selalu membuat kesalahan,” katanya, ”tetapi kami bilang ke pelanggan kami bahwa itu adalah ”ciri unik ” yang tiada duanya dirumah-rumah tetangga. Lalu kami menagih biaya tambahan ribuan dolar!”Jadi, ”ciri unik” di rumah anda, bisa jadi awalnya adalah suatu kesalahan. Dengan cara yang sama, apa yang anda kira sebagai ”kesalahan” pada diri anda, rekan anda, atau hidup pada umumnya, dapat terjadi sebuah ”ciri unik”, yang memperkaya hidup anda didunia ini.


Sumber : http://www.pandjikiansantang.com/wonderful-inspiration/165-cerita-pembuka-pintu-hati.html

Kisah Pelajaran Hari Ini

Kisah Pelajaran Hari Ini


Alkisah, beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta.
Di sampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur.
Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.
”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?”, tanya si pemuda.
“Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke-2”, jawab ibu itu.
”Wow, hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
Pemuda itu merenung.
Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahunya, pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
”Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang ke-2 ya bu? Bagaimana dengan kakak adik-adiknya?”
”Oh ya tentu”, si Ibu bercerita:
”Anak saya yang ke-3 seorang dokter di Malang, yang ke-4 kerja di perkebunan di Lampung, yang ke-5 menjadi arsitek di Jakarta, yang ke-6 menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke-7 menjadi Dosen di Semarang.”
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak ke-2 sampai ke-7.
”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu?”
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab,
”Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja, nak”. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”
Pemuda itu segera menyahut,
“Maaf ya Bu……kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedangkan dia cuma menjadi petani.“
Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
”Ooo, tidak, tidak begitu nak…justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani.”

Pelajaran Hari Ini :
Semua orang di dunia ini penting.
Bukalah mata dan pikiranmu.
Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai.
Orang bijak berbicara, “Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN.”

Anak yang Terlahir Dua Kali

Ada seorang anak, bernama Tang Jiangshan yang lahir pada tahun 1976 di Dong Fang, Kecamatan Gan Cheng, propinsi Hai Nan, China
Sewaktu berumur 3 tahun, tiba-tiba ia mengatakan kepada kedua orangtuanya: “Saya bukan anak kalian. Pada kehidupan lampau nama saya adalah Chen Mingdao, ayah kehidupan lampauku bernama San Die. Rumah saya di Dan Zhou, dekat laut.”
Omongan ini kalau didengar orang lain bagaikan omong kosong, perlu diketahui, Dan Zhou terletak di utara pulau Hai Nan, berjarak 160 km dari kota Dong Fang.

Selain itu, Tang Jiangshan mengatakan bahwasanya dirinya dibunuh dengan menggunakan golok dan tombak di dalam aksi kekerasan pada masa revolusi kebudayaan. Konon di bagian pinggangnya masih terdapat bekas luka bacok peninggalan kehidupan masa lalu. Yang membuat orang merasa takjub ialah Tang Jiangshan mampu berbicara dialek Dan Zhou dengan sangat fasih. Orang Dan Zhou berbicara bahasa Jun, berbeda sekali dengan dialek Hok Kian yang digunakan oleh penduduk kota Dong Fang.
Bayangkan, seorang bocah baru berumur beberapa tahun (balita), bagaimana bisa?
Pada saat Tang Jiangshan berumur 6 tahun, ia mendesak orang tuanya agar membawanya mengunjungi kerabatnya pada kehidupan masa lampau. Keluarganya tidak mau, maka ia mogok makan, akirnya sang ayah menurutinya, dan mereka pun pergi menuju tempat yang dimaksud yaitu desa Huang Yu, kecamatan Xin Ying – kota Dan Zhou.
Tang Jiangshan langsung menuju ke hadapan pak tua Chen Zan Ying, menggunakan bahasa Dan Zhou dan memanggilnya “San Die”, mengatakan dirinya bernama Chen Mingdao, yang pada masa revolusi besar kebudayaan oleh karena bentrokan fisik sehingga dibinasakan orang. Sesudah meninggal terlahir kembali di kecamatan Gan Cheng – kota Dong Fang, kini datang mencari orang tua kehidupan masa lampaunya.
Mendengar penuturan itu, Chen Zan Ying sejenak tertegun tak tahu bagaimana harus bersikap. Kemudian si anak kecil menunjukkan kamar tidur kehidupan masa lampaunya, dan menghitung satu persatu benda-benda pada kehidupan lampaunya.
Menyaksikan semuanya ini dengan kenyataan pada masa lalu sama sekali tidak meleset, pak tua Chen Zan Ying saking terharunya berpelukan menangis dengan Tang Jiangshan dan memastikan ia memang adalah kelahiran kembali anaknya yang bernama Chen Mingdao.
Tang Jiangshan juga telah mengenali kedua kakak perempuan dan kedua adik perempuannya serta para sobat kampung lainnya, bahkan termasuk teman wanita pada kehidupan masa lampaunya: Xie Shuxiang.


Semua kejadian ini telah membuat takjub kerabat dan tetangga Chen Mingdao. Sejak saat itu, “Manusia aneh dari dua masa kehidupan” ini, Tang Jiangshan, memiliki dua rumah dan dua pasang orangtua. Ia setiap tahun hilir mudik antara Dong Fang dan Dan Zhou. Si tua Chen Zan Ying beserta keluarga dan orang-orang desa menganggap Tang Jiangshan sebagai Chen Mingdao.
Oleh karena Chen Zan Ying tidak memiliki putra lainnya, Tang Jiangshan berperan menjadi anaknya dan berbakti hingga tahun 1998 ketika Chen Zan Ying meninggal dunia.

Kisah ini sempat dimuat beberapa media lokal, termasuk Majalah Femina Dunia Timur. Para editor majalah tersebut pada awalnya juga tidak percaya akan hal tersebut, namun melalui pemeriksaan berulang kali dan pembuktian lapangan, mau tak mau mengakui kebenaran tentang kejadian tersebut.


Seorang Ibu Berkorban Nyawa Demi Sang Bayi

Stacie Crimm sudah diberi tahu dokter bahwa ia tak mungkin punya anak. Ternyata ketika usianya menginjak 41 tahun ia justru hamil. Akan tetapi kegembiraan itu harus dibayar dengan sesuatu yang tak terbayangkan.
Setelah menjalani kehamilan beberapa bulan, Stacie yang memilih jadi single mother itu didiagnosa terkena kanker leher dan kepala. Kanker itulah yang menyebabkannya sering sakit kepala dan tubuhnya suka bergetar.
Dokter menyarankan agar ia menjalani kemoterapi. Namun ia menolak karena takut mengganggu kesehatan bayi yang dikandungnya. Ia tahu risikonya besar bagi dirinya namun hal itu harus dijalaninya. Dalam satu pesan pendek pada kakaknya, tergambar kalau ia memahami risiko itu. "Aku harap aku bisa berumur panjang. Jika sesuatu terjadi padaku, kamu ambil bayi ini," katanya pada Ray Phillips, sang kakak.
Bulan Agustus lalu Stacie mendadak pingsan karena pengaruh kankernya. Berbarengan dengan itu detak jantung sang bayi ikut turun. Jantung Stacie kemudian malah berhenti selama satu jam. Menghadapi situasi sulit itu tim dokter akhirnya mengeluarkan bayi meski masih 10 minggu sebelum waktunya.
Bayi yang kemudian diberi nama Dottie Mae itu dibawa ke ruang inkubasi yang berada di gedung terpisah. Seorang suster yang tahu perjuangan Stacie untuk memiliki anak merasa iba. Ia merasa Stacie tak akan pernah melihat bayinya. Karena itu ketika Stacie siuman ia membawa Dottie Mae ke sampingnya untuk melihat bayinya, mungkin untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
Kakak Stacie, Ray Phillips, menyaksikan peristiwa menyedihkan itu. Stacie melihat anaknya dengan begitu bahagia meski ia tak berdaya. Ia menyentuh lengan anaknya. "Aku merasa hal seperti ini mungkin hal yang paling indah dalam hidupku. Aku tidak berpikir akan pernah melihat hal yang indah lagi," kata Ray menirukan sang adik.
Stacie akhirnya meninggal tiga hari kemudian. Perjuangannya untuk memiliki anak berhasil ia lakukan meski ia harus kehilangan nyawanya. Dottie sendiri bisa tumbuh dengan sehat di tangan Ray Phillips dan istrinya Jennifer yang sudah memiliki enam anak.

Seberapa Kayakah Kita



Suatu hari seorang ayah mengajak anak laki-lakinya pergi jalan-jalan ke daerah pedesaan dengan niat ingin menunjukkan kepada anaknya itu bahwa di dunia ini ada orang-orang yang miskin. Mereka menginap sehari semalam di rumah sebuah keluarga yang sangat miskin.
Ketika mereka pulang, sang ayah bertanya kepada anaknya, "Bagaimana perjalanannya?"
"Menyenangkan sekali, Yah!"
"Kau bisa lihat kan di dunia ini ada orang-orang yang miskin?" tanya sang ayah.
"Iya!"
"Apa yang kau pelajari?"
Anak itu menjawab, "Aku perhatikan kita cuma punya seekor anjing di rumah, sedang mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luas hingga ke tengah taman, tapi mereka punya sungai yang tidak ada ujungnya. Kita membeli lampu taman kita dari luar negeri, tapi mereka punya bintang-bintang di langit. Kita punya serambi rumah yang luasnya hingga ke halaman depan, mereka punya seluruh langit." Sang ayah terbengong-bengong mendengar jawaban anaknya.
Sang anak menambahkan, "Terima kasih, Yah, karena sudah menunjukkan betapa ‘miskinnya" kita!"
Membaca kisah di atas, sangatlah jelas bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sangat bergantung pada cara pandang kita dalam melihat kejadian-kejadian itu? Jika kita masih bisa berbuat baik, punya teman, keluarga, masih sehat, masih bisa bergurau dan mencintai hidup, itu berarti kita punya segalanya! Itu berarti kita sudah kaya! Semua hal itu tidak bisa ditukar dengan uang sebesar apa pun.
Kita mungkin punya segala harta benda, punya tabungan yang cukup untuk masa depan. Tapi jika jiwa dan hati kita miskin, segala kekayaan tadi tidak ada artinya! Jika kita tidak punya hati yang positif, kita lebih miskin daripada orang yang miskin harta.

Kebiasaan Apa yang Anda Pelihara?

Penulis : Muk Kuang ( Profil Penulis )

Pernahkah Anda menemukan orang-orang yang biasa datang terlambat; entah itu dalam sebuah rapat atau dalam sebuah pertemuan penting? Pernahkah Anda menjumpai orang yang iasa mengeluh, biasa gosip, biasa membicarakan keburukan orang lain, biasa manipulasi, biasa bohong, biasa menunda pekerjaan, biasa mengumbar janji, biasa melanggar aturan, biasa lari dari tanggung jawab, biasa mencari kambing hitam, biasa menyalahkan orang lain, biasa menyombongkan diri? Atau mungkin secara tidak sadar kita sendiri juga memiliki kebiasaan-kebiasaan tersebut dalam keseharian kita?

Saya teringat sebuah perumpaan yang diceritakan pada salah buku inspirasional, yang mengatakan bahwa di dalam tubuh kita sebenarnya ada dua "serigala", yakni serigala yang baik dan serigala yang jahat. Kedua serigala ini selalu berbenturan dan tidak saling mendukung. Serigala baik selalu mengajar kita untuk menjaga perilaku, perkataan, kebiasan yang positif dan bernilai sementara serigala yang jahat selalu menggoda kita untuk menunda-nunda, malas, dan sesekali mengajak kita melanggar aturan. Pertanyaannya kepada kita adalah serigala mana yang akan lebih banyak kita beri makan? Dengan kata lain, serigala mana yang mau kita pelihara hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun? Ada pepatah yang mengatakan, "You are what you repeatedly do." Anda adalah apa yang Anda lakukan berulang-ulang!



Bagaimana sampai terbentuknya sebuah kebiasaan?

Berawal dari sikap mental seseorang, bagaimana pola pikirnya akan suatu hal akan mempengaruhi tindakan dan perilakunya sehari-hari. Tindakan dan perilaku yang dilakukan berulang-ulang, lambat laun akan menjadi sebuah kebiasaan. Contoh yang paling sederhana adalah membuang sampah. Jika seseorang menganggap membuang sampah sembarangan adalah hal yang lumrah, maka tindakan dan perilakunya akan masa bodoh jika ia membuang sampah sembarangan, sehingga perilaku ini sudah mendarah daging dan terbentuklah sebuah kebiasaan. Terkadang di perjalanan saya mengamati, bagaimana seseorang yang berada dalam mobil mewahnya, dengan santai membuka kaca dan membuang berlembar-lembar kertas tisu ke luar.

Contoh yang paling populer adalah kebiasaan terlambat atau ‘jam karet'. Mendapat undangan rapat jam 9, baru tiba jam 10, karena menganggap sudah biasa dan sudah menjadi tradisi di sini kalau undangan rapat pasti ‘ngaret' jamnya. Jika seseorang memegang teguh nilai-nilai positif dalam hidupnya maka hal tersebut akan tercermin lewat sikap mentalnya sehingga mempengaruhi tindakannya sehari-hari. Akan tetapi jika nilai-nilai yang dipegang dalam hidupnya hanya egoisme, memikirkan perut sendiri, malas, tidak mau berusaha, selalu negatif kepada orang lain, maka saya khawatir tindakannya akan mengikuti nilai dan pola pikir yang dipelihara sehingga membentuk kebiasaan.

Kebiasaan yang positif tentu memiliki nilai manfaat yang positif bagi hidup kita dan orang lain, akan tetapi sebaliknya kebiasaan yang negatif tidak memberi nilai tambah untuk hidup kita dan orang di sekitar kita. Jika kita mau menjadi yang terbaik di bidang kita masing-masing, mulailah periksa selama ini kebiasaan seperti apa yang kita pelihara.

Aristoteles pernah berkata, "Excellence is not a singular act, but a HABIT". Untuk menjadi yang terbaik atau unggul bukanlah tindakan satu kali, tetapi sebuah KEBIASAAN. Kita sama-sama memiliki 24 jam sehari, tidak ada yang lebih, tidak ada yang kurang. Akan tetapi terkadang kita bisa melihat banyak orang yang begitu produktif sementara ada orang-orang yang sama sekali tidak produktif dalam satu hari.

"Produktif" berarti dia melakukan sesuatu yang berarti dalam 24 jam, dia benar-benar mengelola waktunya dengan baik. Keseimbangan dalam hidupnya terjada. "Tidak produktif" berarti dia lebih banyak menghabiskan waktu 24 jamnya untuk hal yang tidak bernilai manfaat untuk dirinya dan orang lain. Tanyakan kepada diri kita masing-masing, selama 24 jam, mayoritas kita habiskan waktu kita untuk apa? Jika kita menjawab "bekerja", maka pertanyaan selanjutnya adalah selama bekerja apa yang sudah kita lakukan? Apakah waktu bekerja kita lebih banyak bergosip ria, membicarakan orang lain, bermalas-malasan, lebih sering update status facebook/twitter daripada update pekerjaan kepada atasan, atau kita benar-benar memberikan yang terbaik waktu kita untuk pekerjaaan kita? Hanya pribadi masing-masing yang mengetahui persis jawabannya.

Banyak orang terkadang menyalahkan waktu, dan menganggap waktu yang diberikan kurang. Kita diberikan waktu yang sama, dan sudah adil. Yang membedakan adalah bagaimana seseorang mengisi waktunya selama 24 jam, itulah yang membuat seseorang menjadi unggul. Ada orang yang begitu semangat dan ingin cepat menyelesaikan tugasnya saat rapat, ada orang yang lebih memilih datang terlambat. Ada pribadi yang senantiasa bersyukur, adapula pribadi yang tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluh hari demi hari. Ada sosok yang berani mempertanggungjawabkan kesalahannya, tapi ada juga pribadi yang biasa melarikan diri dari tanggung jawab dan mencari-cari alasan.

Bagaimana mengubah kebiasaan?

Yang terpenting ada kemauan untuk berubah, niat untuk kembali ke kebiasaan yang lebih positif. Sebuah buku yang pernah saya baca menyarankan kita untuk membuat "komitmen 21 hari". Kita harus betul konsisten selama 21 hari untuk membentuk kebiasaan baru. Jika kita pada hari ke sepuluh kita kembali ke kebiasaan lama kita, maka kita harus kembali mengulangnya dari hari pertama.

Dalam beberapa kali kesempatan seminar dan training saya selalu mengatakan, mengubah kebiasaan tentu tidak mudah, akan tetapi bukan berarti tidak bisa. Dibutuhkan sebuah kemauan keras dan komitmen yang keras untuk berubah. Jika kita memandang hidup ini penting untuk diisi dengan arti yang positif, maka mulailah mengubah kebiasaan dari sekarang.

Ubah Tindakan dan Raih Keajaiban

Penulis : Suhardi

Seorang pria sedang menunggu pesawat yang akan dinaikinya di ruang tunggu bandara. Selang 30 menit kemudian, sebuah suara yang keluar dari pengeras memberitahu agar para penumpang dengan nomor penerbangan sekian tujuan kota X segera menaiki pesawat.



Pria tersebut kemudian masuk ke dalam pesawat dan mencari tempat duduk sesuai tiket. Kebetulan ia duduk di samping emergency exit atau pintu keluar darurat. Tidak lama kemudian setelah semua penumpang berada di tempat duduk, datanglah seorang pramugari yang mendekati pria tersebut.

Pramugari cantik itu berkata padanya, "Maaf Pak. Kebetulan Bapak duduk di samping pintu darurat. Untuk itu kami mohon kerja samanya. Jika terjadi sesuatu dan terpaksa harus mendarat darurat, silakan Bapak buka pintu darurat ini agar penumpang bisa keluar darurat. Untuk lebih jelasnya, silakan baca petunjuknya di buku instruksi keselamatan."

Pria itupun menganggukkan kepalanya tanda mengerti apa yang disampaikan pramugari itu. Kemudian ia beserta pramugari lainnya segera memberikan instruksi keselamatan kepada para penumpang di saat pesawat mulai berjalan perlahan menuju landasan pacu.

Pesawat berhasil lepas landas dan mengudara meninggalkan bandara. Segalanya berjalan dengan normal dan tidak ada masalah sama sekali. Tapi di tengah perjalanan, mesin pesawat tiba-tiba bermasalah sehingga harus dilakukan pendaratan darurat. Para penumpang langsung panik. Mereka diminta untuk memakai pelampung keselamatan dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa.

Pria tadi yang duduk di samping pintu darurat segera teringat dengan perkataan pramugari tadi agar segera membuka pintu darurat jika terjadi masalah. Maka ia segera membuka pintu darurat itu. Ia berusaha membuka, tapi pintunya tidak bisa terbuka. Di saat pesawat semakin mendekati daratan, pria itu semakin panik dan mendorong dengan sekuat tenaga, meninju, bahkan menendang pintu tersebut. Tapi, pintu tetap tidak mau terbuka.

Ia mulai pasrah. Ia berpikir hidupnya akan segera berakhir. Pintu darurat tidak bisa dibuka dan ia tidak akan bisa keluar hidup-hidup. Tapi untunglah, ternyata pesawat dapat mendarat darurat dengan selamat meskipun sedikit hancur. Semua penumpang selamat dan tidak ada yang luka parah meskipun banyak dari mereka yang begitu shock.

Pintu pesawat akhirnya terbuka dan para penumpang langsung segera berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri. Pria itu pun ikut keluar dengan langkah cepat. Untunglah tidak terjadi sesuatu yang mengerikan. Semua bernapas lega karena masa kritis sudah lewat.

Pria itu kemudian teringat dengan pramugari yang tadi memberikan instruksi padanya. Ia pun segera mencari dan akhirnya berhasil menemuinya. Ia berkata dengan sedikit marah, "Kamu menyuruhku untuk membuka pintu darurat, tapi pintunya sama sekali tidak bisa dibuka."

Lalu pramugari itu membalas, "Pintunya berfungsi dan tidak rusak."

Pria tersebut membalas dengan kesal, Saya mendorong dan menendang pintu sampai kaki tanganku kesakitan, tapi tetap tidak terbuka."

Mendengar penjelasan pria itu, si pramugari menghela napas dan menggelengkan kepala sambil berkata, "Pintunya harus ditarik, bukan didorong, baru bisa terbuka. Apakah Bapak tadi membaca buku instruksinya?"

Pria itu wajahnya merah karena malu. Katanya, "Saya tidak membacanya."

Pesan kepada pembaca:

Cerita di atas mungkin sering terjadi pada sebagian besar orang. Mereka melakukan sesuatu, tapi ketika ingin mendapatkan hasil yang berbeda, mereka malah terus melakukan hal yang sama berulang kali. Itulah yang disebut "gila" oleh Albert Einstein, yang menunjuk pada orang yang terus melakukan tindakan yang sama dan berharap mendapatkan hasil yang berbeda.

Jika Anda menanam bibit jeruk, maka Anda akan memanen buah jeruk. Jika Anda tidak ingin buah jeruk, melainkan buah apel, maka Anda harus menanam bibit apel. Itulah analogi yang sederhana. Tapi banyak orang terjebak dengan menanam bibit jeruk sambil berharap memanen buah apel.

Seringkali kesuksesan tidak dapat diraih karena tidak peka terhadap hasil yang didapatkan dan terus melakukan tindakan yang sama. Padahal salah satu rumus sukses adalah fleksibel dengan tindakan yang kita ambil. Jika tindakan yang kita ambil terus membawa hasil yang mengecewakan, itu artinya kita harus mengubah dan mengambil tindakan yang berbeda. Jika gagal lagi, kita harus bertindak lagi dengan cara yang berbeda sampai kita berhasil. Itulah yang dinamakan fleksibel.

Banyak orang yang tidak fleksibel. Akibatnya, mereka terus melakukan tindakan yang salah. Bahkan mereka tidak menyadari bahwa tindakan tersebut membawa mereka ke arah yang salah. Tidak heran banyak yang tidak mengerti mengapa mereka masih belum berhasil padahal sudah bertindak dan pantang menyerah.

Seringkali kesuksesan begitu dekat dengan kita. Jaraknya hanya terpaut tingkat fleksibilitas tindakan kita. Jika tidak fleksibel dan terus melakukan tindakan sama yang salah, maka jangan harap kesuksesan akan datang meskipun kesuksesan sudah begitu dekat. Apakah bisa melihat matahari terbit, jika Anda selalu berjalan ke arah barat?

Kita Dilahirkan di Dunia Ini Pasti Punya Manfaat

Penulis : Andrie Wongso

Setiap bangsa, setiap budaya tentu memiliki cerita-cerita fabel. Dongeng tentang binatang sebagai tokoh utamanya ini memiliki petuah bijak sebagai bahan pembelajaran hidup khususnya bagi anak-anak. Diceritakan secara turun-temurun dari kakek-nenek ke ayah-ibu, dan seterusnya.

Kita mungkin mendapat ceritanya dari ayah atau ibu kita yang mendongengkannya saat menjelang tidur atau mungkin di kesempatan-kesempatan tertentu. Di sekolah pun saat duduk di bangku sekolah dasar, kita sering mendengar atau membaca fabel-fabel yang diajarkan sebagai bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia atau sastra.

Peran fabel sebagai bahan pembelajaran hidup yang berisi pesan bijak, inspirasi, kecerdikan, dan sebagainya, itu diakui dunia pendidikan sebagai pelajaran yang efektif, simpel dan mudah dicerna. Jangan heran jika sampai kini adaptasi fabel-fabel yang sudah hidup raturan hingga ribuan tahun lalu bertebaran di berbagai karya tulis, animasi, dan lain sebagainya. Adaptasinya juga diselipkan dalam pembelajaran bisnis modern.

Sahabat yang Luar Biasa!

Pagi ini pada talkshow rutin di jaringan Radio Sonora saya membawakan salah satu fabel yang diambil dari buku saya 22 Wisdom & Success dengan judul "Aku Dilahirkan di Dunia Ini Pasti Punya Manfaat". Fabel ini juga ada di CD-Audio book "10 Wisdom, Inspiration & Motivation for Success" #9 dengan judul yang sama.

Cerita itu sangat bermakna, bercerita tentang kura-kura yang merasakan kelambatannya berjalan akan menjadi masalah saat berhadapan dengan binatang buas. Ia pun belajar berlari pada pelanduk. Ternyata ketika ia berhadapan dengan raja hutan yang mencoba memangsanya, tempurung di punggungnya menjadi pelindung yang ampuh. Sang kura-kura pun selamat.

Bahan pelajaran dari fabel itu adalah setiap orang yang dilahirkan di dunia pasti punya manfaat, juga pasti memiliki ciri khas yang tidak dimiliki orang lain. Karena itu mari syukuri apa yang kita miliki dan manfaatkan sebaik-baiknya.

Kita tak perlu silau kala melihat kelebihan orang lain. Karena sekecil apa pun kemampuan kita, jika dikembangkan dengan penuh keyakinan, penuh kesungguhan hati, dan fokus, suatu kali akan membawa kita pada kemenangan dan kesuksesan.



Salam sukses, Luar Biasa!

Salah Satu Kunci Kemenangan

Bibit jagung yang ditanam saat ini tidak mungkin langsung tumbuh saat ini juga. Biji itu harus mengalami yang namanya proses kematian, pembusukan, dan barulah tumbuh tunas muda yang baru. Lalu sedikit demi sedikit tunas jagung yang masih muda itu akan tumbuh menjadi besar, berbuah, dan siap dipanen.

Hukum yang sama juga berlaku dalam perjalanan hidup manusia. Mengawali kehidupan dalam rahim seorang ibu selama sembilan bulan sepuluh hari dan dilahirkan sebagai seorang bayi yang belum bisa membedakan mana tangan kiri dan tangan kanan - sampai masuk pada umur balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Hal yang demikian tentulah membutuhkan proses. Mengerti akan hukum ini (proses) menjadikan perjalan hidup kita terasa lebih mudah.

Kunci menjalani hidup yang bahagia adalah memahami hukum proses yang bekerja dalam setiap perjalanan hidup manusia. Keluhan hanya akan mematahkan sikap antusias dalam menjalani dan memaknai kehidupan kita. Berhentilah mengeluh dan mulailah memahami akan arti hukum proses yang berlaku dalam kehidupan kita.

***

Pada waktu seorang petani menabur benih, ia akan menantikannya dengan sabar hasil dari pada pekerjaannya. Dia akan merawatnya, memupuk, menyiram, dan membersihkan benih yang tumbuh menjadi tumbuhan yang sehat. Lalu dengan sabar pula dia akan menantikan masa tuaiannya.

Hal yang sama pun berlaku dalam setiap aspek hidup kita. Hukum proses bekerja secara permanen. Sebab tidak ada hukumn instan yang berlaku dalam kehidupan kita. Hidup itu tidak seperti mi instan, kita cukup memasukkannya ke dalam air mendidih dan 3 menit kemudian sudah siap disajikan.

"Mengapa harus menunggu tiga bulan ya, baru jagung itu bisa dipanen?" tanya seseorang kepada petani.

"Coba Anda perhatikan wanita yang sedang hamil, di seberang sana," jawab si petani. "Umur kehamilannya baru mencapai lima bulan. Cobalah Anda tanyakan kepadanya, kenapa harus menunggu genap bulannya baru ia melahirkan?" jawab petani.

Mungkin Anda tertawa membaca ilustrasi cerita di atas. Sejujurnya saya pun tertawa saat menuliskannya. Namun cobalah Anda pikirkan bagaimana jadinya kalau wanita dalam cerita di atas melahirkan pada umur kandungannya yang masih lima bulan? Sungguh terlalu berisiko, 'kan?

Begitu pula dengan kehidupan kita. Siapa sih orang yang tidak pernah bermimpi mempunyai uang yang banyak, usaha yang berkembang, rumah yang besar, dan mobil mewah. Saya rasa hampir semua orang pernah memimpikannya. Tidak ada salah dengan mimpi seperti itu. Tapi ironisnya ada banyak orang yang berhenti sampai di situ saja. Bermimpi dan bermimpi, akhirnya mimpinya hanya menjadi sebuah khayalan yang tidak terealisasikan. Mengapa? Karena banyak dari mereka mengalami sindrom putus asa.

Kesuksesan adalah sebuah proses. Seorang anak yang duduk di kelas satu SD tidak mungkin bisa naik kelas dua kalau anak itu tidak mau menjalani proses belajar selama setahun dan mengikuti ujian sekolah. Kita pun tidak akan sampai ke pulau impian kita kalau kita tidak tahan dan memutuskan berhenti menjalani proses dalam perjalanan mencapai tujuan hidup kita. Pencapaian membutuhkan proses.

SUCCESS, here I come!

Setiap waktu kita menjalani proses tersebut. Proses itu bisa dalam bentuk masalah, penolakan, dan kegagalan. Saat kita berusaha untuk maju ada saja orang atau situasi yang mencoba menghalangi jalan kita. "Orang lain dan situasi yang tidak mengenalkan di sekeliling kita dapat menghentikan langkah kita untuk sementara waktu, namun kitalah satu-satunya orang yang dapat menghentikan langkah kita secara permanen," kata seorang trainer dalam bukunya yang berjudul HOPE. Saya pun sependapat dengan pernyataan ini. Kitalah satu-satunya orang yang bisa menggerakan langkah kita dan sekaligus menghentikannya.

Hargailah sebuah proses dalam perjalanan hidup kita. Maka kita pun akan menemukan jawaban-jawaban dari setiap pertanyaan dalam diri kita dan tentunya jangan lupa untuk tetap bersyukur dengan semua yang kita alami.

Ingat sobat, kesuksesan adalah masalah waktu!

Sukses Ada di Genggaman Tangan Kita

Penulis : Andrie Wongso

Pagi ini pada talkshow rutin di jaringan Radio Sonora saya membawakan tema menarik tentang kemandirian. Cerita inspirasi yang dibawakan diambil dari buku saya 20 Wisdom & Success dengan judul "Takdir Ada di Tangan Sendiri".

Cerita itu menggambarkan bahwa sejatinya kekuatan yang menentukan masa depan kita terletak pada kemampuan kita memaksimalkan potensi yang dimiliki. Mereka yang optimis akan senantiasa menyadari keadaan dirinya dengan penuh rasa syukur. Dengan bersyukur mereka mampu memaksimalkan apa yang dimilikinya. Hal inilah yang akan membawa kita pada kemandirian, tidak bergantung pada orang lain, karena kita yakin kita punya kemampuan.


Netter yang Luar Biasa!

Setiap orang sudah pasti berbeda dengan yang lainnya. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Lalu, apakah seseorang yang dilahirkan dengan kekurangan secara fisik, kekurangan kesempatan untuk sekolah, kekurangan secara geografis atau daerah tempat tinggal, orangtuanya miskin, tak punya peluang untuk jadi orang sukses?

Jika itu kenyataannya, mengapa banyak orang cacat, misalnya, bisa sukses dengan mengalahkan orang normal? Mengapa Stevie Wonder, penyanyi yang lahir tanpa penglihatan, bisa sukses dan menjadi legenda hidup mengalahkan mereka yang normal? Kenapa orang-orang yang dulunya miskin kini bisa masuk ke deretan Forbes World Billionaire atau deretan orang-orang terkaya di dunia?

Hanya mereka yang yakin bahwa sukses ada di tangan sendiri dan berani mati-matian memperjuangkannya yang akan sukses. Ini persis seperti filosofi yang sering saya kemukakan.Success is My Right! Sukses adalah hak kita! Oleh karena itu, apa pun potensi kita, mari kita sadari, mari kita perjuangkan. Sukses tengah menanti kita!

Salam sukses luar biasa!

Ombak Besar, Ombak Kecil


Penulis : Andrie Wongso

Alkisah, di tengahsamudra yang luas, saat air laut pasang, tampak ombak besar bergulung-gulung dengan gemuruh suaranya yang menggelegar, seakan ingin menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa.

Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, terdengar gemericik suara ombak kecil bersusah payah mengikuti jejak si ombak besar. Tertatih-tatih, mengekor hempasan ombak besar. Si ombak kecil merasa dirinya begitu kecil, lemah, tidak berdaya, dan tersisih di belakang. Sungguh, terasa menyakitkan.

Dengan suaranya yang lemah, kurang percaya diri, ombak kecil bertanya kepada ombak besar. Maka sayup-sayup, terdengar serangkaian percakapan di antara mereka.

"Hai ombak besar...! Aku ingin bertanya kepadamu...!! Mengapa engkau begitu besar, begitu kuat, dan gagah perkasa? Sementara lihatlah diriku... begitu kecil, lemah, dan tidak berdaya. Aku ingin seperti kamu!"

Ombak besar pun menjawab, "Sahabatku, kamu mengganggap dirimu kecil dan tidak berdaya. Sebaliknya, kamu mengganggap aku begitu hebat dan luar biasa. Anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya!"

"Jati diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu apa...?" timpal ombak kecil.

Ombak besar meneruskan, "Memang di antara kita terasa berbeda, tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama! Kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak kecil dan ombak besar adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati adalah air. Bila kamu bisa menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi. Kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku: kuat, gagah, dan perkasa."


Netter yang Luar Biasa!

Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi. Yang sesungguhnya, itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Seringkali kita memvonis (keadaan itu) sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos: "Aku tidak beruntung", "Nasibku jelek", "Aku orang gagal". Bahkan ada yang menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk ketidakadilan Tuhan!

Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya, kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu. Jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses!

Kesadaran tentang jati diri, bila telah ditemukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah; sedahsyat ombak besar di samudra nan luas, siap menghadapi setiap tantangan dan mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.
 
Copyright © 2014. BukaBaju Template - Design: Gusti Adnyana