Instructions

Recomended

Connect With Us

Blogger Tricks

GetRank - Webmaster and Seo Tools

video motivasi

Koleksi Terbaru Kami

Lena Maria, Sukses dengan Segala Keterbatasannya

Perempuan bernama lengkap Lena Maria Klingvall ini, mungkin tidak seberuntung kita. Lena, panggilan akrabnya, lahir di Swedia pada 28 September 1968 tanpa memiliki kedua lengan dan dengan kaki kiri yang lebih kecil dari ukuran normal. Namun siapa sangka dirinya mampu meraih lebih banyak prestasi bila dibandingkan dengan kebanyakan orang yang berfisik normal.

Mengetahui putrinya lahir dengan keadaan cacat secara fisik, orangtuanya tidaklah kecewa dan berputus asa, mereka bahkan yakin bahwa putrinya berhak melakukan apapun! Mereka membesarkannya dengan penuh kebanggaan dan kasih sayang. Hal ini yang menjadikan Lena Maria tumbuh menjadi sosok yang mandiri, penuh keyakinan, dan kepercayaan diri.

Di usianya yang baru 3 tahun, Lena sudah mulai belajar renang dan menjadi perenang yang mewakili negaranya di usia ke-15. Lena berenang di Kejuaraan Dunia pada usia 18 tahun,memecahkan rekor, dan meraih empat medali emas dalam perlombaan gaya kupu-kupu.

Sisi kemandiriannya terus menonjol. Pada 18 tahun juga, Lena belajar mengemudi. Berawal dengan mengemudi dengan kakinya, sampai merancang sendiri mobil sesuai dengan kondisi fisiknya, yaitu dengan sebuah alat pengontrol untuk mengatur fungsi rem dan gas mobilnya. Tidak hanya itu, pekerjaan menulis, merajut, memasak, bahkan melukis seolah tidak menjadi kendala baginya.


Lena terus mengasah diri, salah satunya melalui bidang seni. Lena mendapatkan beasiswa dari pemerintah Swedia untuk melanjutkan pendidikannya di The Royal University College of Music. Bahkan Lena telah membuat beberapa album lagu, juga mengadakan berbagai konser di Moskow, Latvia, Jerman, Amerika Serikat, Hong Kong, Thailand, Korea, Singapura, Malaysia, dan Taiwan.

Selain berprestasi di bidang tarik suara, Lena juga sangat berbakat dalam melukis. Lena melukis menggunakan mulut dan kakinya. Pada tahun 1996, Lena Maria meluncurkan sebuah buku yang mengisahkan tentang hidupnya, yang berjudul "Foot-Notes" yang saat ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa antara lain bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Jepang, Thailand, Korea, Mandarin, dan Rusia.

"Saya lebih memilih untuk bersyukur atas apa yang dapat saya lakukan, daripada kecewa atas apa yang tak dapat saya lakukan," demikian kata-kata dari Lena. Sungguh, pemikiran yang sangat inspiratif yang dapat memotivasi diri kita agar tidak mudah menyerah karena keterbatasan yang ada. Pantang bagai kita mengatakan "tidak bisa" dalam segala hal! Selama kita memiliki tekad dan keberanian untuk bertindak, tidak ada kata "tidak bisa" dalam diri kita. Jika Lena Maria bisa, kita pun seharusnya lebih bisa!


Kebiasaan Apa yang Anda Pelihara?

Penulis : Muk Kuang ( Profil Penulis )

Pernahkah Anda menemukan orang-orang yang biasa datang terlambat; entah itu dalam sebuah rapat atau dalam sebuah pertemuan penting? Pernahkah Anda menjumpai orang yang iasa mengeluh, biasa gosip, biasa membicarakan keburukan orang lain, biasa manipulasi, biasa bohong, biasa menunda pekerjaan, biasa mengumbar janji, biasa melanggar aturan, biasa lari dari tanggung jawab, biasa mencari kambing hitam, biasa menyalahkan orang lain, biasa menyombongkan diri? Atau mungkin secara tidak sadar kita sendiri juga memiliki kebiasaan-kebiasaan tersebut dalam keseharian kita?

Saya teringat sebuah perumpaan yang diceritakan pada salah buku inspirasional, yang mengatakan bahwa di dalam tubuh kita sebenarnya ada dua "serigala", yakni serigala yang baik dan serigala yang jahat. Kedua serigala ini selalu berbenturan dan tidak saling mendukung. Serigala baik selalu mengajar kita untuk menjaga perilaku, perkataan, kebiasan yang positif dan bernilai sementara serigala yang jahat selalu menggoda kita untuk menunda-nunda, malas, dan sesekali mengajak kita melanggar aturan. Pertanyaannya kepada kita adalah serigala mana yang akan lebih banyak kita beri makan? Dengan kata lain, serigala mana yang mau kita pelihara hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun? Ada pepatah yang mengatakan, "You are what you repeatedly do." Anda adalah apa yang Anda lakukan berulang-ulang!



Bagaimana sampai terbentuknya sebuah kebiasaan?

Berawal dari sikap mental seseorang, bagaimana pola pikirnya akan suatu hal akan mempengaruhi tindakan dan perilakunya sehari-hari. Tindakan dan perilaku yang dilakukan berulang-ulang, lambat laun akan menjadi sebuah kebiasaan. Contoh yang paling sederhana adalah membuang sampah. Jika seseorang menganggap membuang sampah sembarangan adalah hal yang lumrah, maka tindakan dan perilakunya akan masa bodoh jika ia membuang sampah sembarangan, sehingga perilaku ini sudah mendarah daging dan terbentuklah sebuah kebiasaan. Terkadang di perjalanan saya mengamati, bagaimana seseorang yang berada dalam mobil mewahnya, dengan santai membuka kaca dan membuang berlembar-lembar kertas tisu ke luar.

Contoh yang paling populer adalah kebiasaan terlambat atau ‘jam karet'. Mendapat undangan rapat jam 9, baru tiba jam 10, karena menganggap sudah biasa dan sudah menjadi tradisi di sini kalau undangan rapat pasti ‘ngaret' jamnya. Jika seseorang memegang teguh nilai-nilai positif dalam hidupnya maka hal tersebut akan tercermin lewat sikap mentalnya sehingga mempengaruhi tindakannya sehari-hari. Akan tetapi jika nilai-nilai yang dipegang dalam hidupnya hanya egoisme, memikirkan perut sendiri, malas, tidak mau berusaha, selalu negatif kepada orang lain, maka saya khawatir tindakannya akan mengikuti nilai dan pola pikir yang dipelihara sehingga membentuk kebiasaan.

Kebiasaan yang positif tentu memiliki nilai manfaat yang positif bagi hidup kita dan orang lain, akan tetapi sebaliknya kebiasaan yang negatif tidak memberi nilai tambah untuk hidup kita dan orang di sekitar kita. Jika kita mau menjadi yang terbaik di bidang kita masing-masing, mulailah periksa selama ini kebiasaan seperti apa yang kita pelihara.

Aristoteles pernah berkata, "Excellence is not a singular act, but a HABIT". Untuk menjadi yang terbaik atau unggul bukanlah tindakan satu kali, tetapi sebuah KEBIASAAN. Kita sama-sama memiliki 24 jam sehari, tidak ada yang lebih, tidak ada yang kurang. Akan tetapi terkadang kita bisa melihat banyak orang yang begitu produktif sementara ada orang-orang yang sama sekali tidak produktif dalam satu hari.

"Produktif" berarti dia melakukan sesuatu yang berarti dalam 24 jam, dia benar-benar mengelola waktunya dengan baik. Keseimbangan dalam hidupnya terjada. "Tidak produktif" berarti dia lebih banyak menghabiskan waktu 24 jamnya untuk hal yang tidak bernilai manfaat untuk dirinya dan orang lain. Tanyakan kepada diri kita masing-masing, selama 24 jam, mayoritas kita habiskan waktu kita untuk apa? Jika kita menjawab "bekerja", maka pertanyaan selanjutnya adalah selama bekerja apa yang sudah kita lakukan? Apakah waktu bekerja kita lebih banyak bergosip ria, membicarakan orang lain, bermalas-malasan, lebih sering update status facebook/twitter daripada update pekerjaan kepada atasan, atau kita benar-benar memberikan yang terbaik waktu kita untuk pekerjaaan kita? Hanya pribadi masing-masing yang mengetahui persis jawabannya.

Banyak orang terkadang menyalahkan waktu, dan menganggap waktu yang diberikan kurang. Kita diberikan waktu yang sama, dan sudah adil. Yang membedakan adalah bagaimana seseorang mengisi waktunya selama 24 jam, itulah yang membuat seseorang menjadi unggul. Ada orang yang begitu semangat dan ingin cepat menyelesaikan tugasnya saat rapat, ada orang yang lebih memilih datang terlambat. Ada pribadi yang senantiasa bersyukur, adapula pribadi yang tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluh hari demi hari. Ada sosok yang berani mempertanggungjawabkan kesalahannya, tapi ada juga pribadi yang biasa melarikan diri dari tanggung jawab dan mencari-cari alasan.

Bagaimana mengubah kebiasaan?

Yang terpenting ada kemauan untuk berubah, niat untuk kembali ke kebiasaan yang lebih positif. Sebuah buku yang pernah saya baca menyarankan kita untuk membuat "komitmen 21 hari". Kita harus betul konsisten selama 21 hari untuk membentuk kebiasaan baru. Jika kita pada hari ke sepuluh kita kembali ke kebiasaan lama kita, maka kita harus kembali mengulangnya dari hari pertama.

Dalam beberapa kali kesempatan seminar dan training saya selalu mengatakan, mengubah kebiasaan tentu tidak mudah, akan tetapi bukan berarti tidak bisa. Dibutuhkan sebuah kemauan keras dan komitmen yang keras untuk berubah. Jika kita memandang hidup ini penting untuk diisi dengan arti yang positif, maka mulailah mengubah kebiasaan dari sekarang.

Ubah Tindakan dan Raih Keajaiban

Penulis : Suhardi

Seorang pria sedang menunggu pesawat yang akan dinaikinya di ruang tunggu bandara. Selang 30 menit kemudian, sebuah suara yang keluar dari pengeras memberitahu agar para penumpang dengan nomor penerbangan sekian tujuan kota X segera menaiki pesawat.



Pria tersebut kemudian masuk ke dalam pesawat dan mencari tempat duduk sesuai tiket. Kebetulan ia duduk di samping emergency exit atau pintu keluar darurat. Tidak lama kemudian setelah semua penumpang berada di tempat duduk, datanglah seorang pramugari yang mendekati pria tersebut.

Pramugari cantik itu berkata padanya, "Maaf Pak. Kebetulan Bapak duduk di samping pintu darurat. Untuk itu kami mohon kerja samanya. Jika terjadi sesuatu dan terpaksa harus mendarat darurat, silakan Bapak buka pintu darurat ini agar penumpang bisa keluar darurat. Untuk lebih jelasnya, silakan baca petunjuknya di buku instruksi keselamatan."

Pria itupun menganggukkan kepalanya tanda mengerti apa yang disampaikan pramugari itu. Kemudian ia beserta pramugari lainnya segera memberikan instruksi keselamatan kepada para penumpang di saat pesawat mulai berjalan perlahan menuju landasan pacu.

Pesawat berhasil lepas landas dan mengudara meninggalkan bandara. Segalanya berjalan dengan normal dan tidak ada masalah sama sekali. Tapi di tengah perjalanan, mesin pesawat tiba-tiba bermasalah sehingga harus dilakukan pendaratan darurat. Para penumpang langsung panik. Mereka diminta untuk memakai pelampung keselamatan dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa.

Pria tadi yang duduk di samping pintu darurat segera teringat dengan perkataan pramugari tadi agar segera membuka pintu darurat jika terjadi masalah. Maka ia segera membuka pintu darurat itu. Ia berusaha membuka, tapi pintunya tidak bisa terbuka. Di saat pesawat semakin mendekati daratan, pria itu semakin panik dan mendorong dengan sekuat tenaga, meninju, bahkan menendang pintu tersebut. Tapi, pintu tetap tidak mau terbuka.

Ia mulai pasrah. Ia berpikir hidupnya akan segera berakhir. Pintu darurat tidak bisa dibuka dan ia tidak akan bisa keluar hidup-hidup. Tapi untunglah, ternyata pesawat dapat mendarat darurat dengan selamat meskipun sedikit hancur. Semua penumpang selamat dan tidak ada yang luka parah meskipun banyak dari mereka yang begitu shock.

Pintu pesawat akhirnya terbuka dan para penumpang langsung segera berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri. Pria itu pun ikut keluar dengan langkah cepat. Untunglah tidak terjadi sesuatu yang mengerikan. Semua bernapas lega karena masa kritis sudah lewat.

Pria itu kemudian teringat dengan pramugari yang tadi memberikan instruksi padanya. Ia pun segera mencari dan akhirnya berhasil menemuinya. Ia berkata dengan sedikit marah, "Kamu menyuruhku untuk membuka pintu darurat, tapi pintunya sama sekali tidak bisa dibuka."

Lalu pramugari itu membalas, "Pintunya berfungsi dan tidak rusak."

Pria tersebut membalas dengan kesal, Saya mendorong dan menendang pintu sampai kaki tanganku kesakitan, tapi tetap tidak terbuka."

Mendengar penjelasan pria itu, si pramugari menghela napas dan menggelengkan kepala sambil berkata, "Pintunya harus ditarik, bukan didorong, baru bisa terbuka. Apakah Bapak tadi membaca buku instruksinya?"

Pria itu wajahnya merah karena malu. Katanya, "Saya tidak membacanya."

Pesan kepada pembaca:

Cerita di atas mungkin sering terjadi pada sebagian besar orang. Mereka melakukan sesuatu, tapi ketika ingin mendapatkan hasil yang berbeda, mereka malah terus melakukan hal yang sama berulang kali. Itulah yang disebut "gila" oleh Albert Einstein, yang menunjuk pada orang yang terus melakukan tindakan yang sama dan berharap mendapatkan hasil yang berbeda.

Jika Anda menanam bibit jeruk, maka Anda akan memanen buah jeruk. Jika Anda tidak ingin buah jeruk, melainkan buah apel, maka Anda harus menanam bibit apel. Itulah analogi yang sederhana. Tapi banyak orang terjebak dengan menanam bibit jeruk sambil berharap memanen buah apel.

Seringkali kesuksesan tidak dapat diraih karena tidak peka terhadap hasil yang didapatkan dan terus melakukan tindakan yang sama. Padahal salah satu rumus sukses adalah fleksibel dengan tindakan yang kita ambil. Jika tindakan yang kita ambil terus membawa hasil yang mengecewakan, itu artinya kita harus mengubah dan mengambil tindakan yang berbeda. Jika gagal lagi, kita harus bertindak lagi dengan cara yang berbeda sampai kita berhasil. Itulah yang dinamakan fleksibel.

Banyak orang yang tidak fleksibel. Akibatnya, mereka terus melakukan tindakan yang salah. Bahkan mereka tidak menyadari bahwa tindakan tersebut membawa mereka ke arah yang salah. Tidak heran banyak yang tidak mengerti mengapa mereka masih belum berhasil padahal sudah bertindak dan pantang menyerah.

Seringkali kesuksesan begitu dekat dengan kita. Jaraknya hanya terpaut tingkat fleksibilitas tindakan kita. Jika tidak fleksibel dan terus melakukan tindakan sama yang salah, maka jangan harap kesuksesan akan datang meskipun kesuksesan sudah begitu dekat. Apakah bisa melihat matahari terbit, jika Anda selalu berjalan ke arah barat?

Renungan Malam

Suatu hari, seorang motivator terkenal membuka seminarnya dengan cara unik.
Sambil memegang uang pecahan AS $ 100, ia bertanya kepada hadirin, “Siapa yang mau uang ini?”
Tampak banyak tangan diacungkan, pertanda banyak yang minat.
“Saya akan berikan uang ini kepada salah satu dari Anda sekalian, tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini.”
Ia berdiri mendekati hadirin.
Uang itu diremas-remas dengan tangannya sampai berlipat-lipat.

Lalu bertanya lagi, “Siapa yang masih mau uang ini?”
Jumlah tangan yang teracung tak berkurang.
“Baiklah,” jawabnya, “apa jadinya bila saya melakukan ini?” ujarnya sambil menjatuhkan uang ke lantai dan menginjak-injaknya dengan sepatunya. :gila:
Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi.
“Nah, apakah sekarang masih ada yang berminat?”
Tangan-tangan yang mengacung masih tetap banyak.
“Hadirin sekalian, Anda baru saja mendapatkan sebuah pelajaran penting.
Apa pun yang terjadi dengan uang ini, Anda masih berminat karena apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya.
Biarpun lecek dan kotor, uang ini tetap bernilai 100 dolar.”
Dalam kehidupan ini, kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan berlepotan kotoran akibat keputusan yang kita buat dan situasi yang menerpa kita.
Dalam kondisi seperti itu, kita merasa tak berharga, tak berarti.
Padahal apapun yang telah dan akan terjadi, Anda tidak pernah akan kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai Anda.
So, setiap kali merasa diri tak berarti, ingatlah akan selembar uang 100 dolar tersebut.
Jangan pernah lupa – Anda adalah SPESIAL.

 
Copyright © 2014. BukaBaju Template - Design: Gusti Adnyana