Instructions

Recomended

Connect With Us

Blogger Tricks

GetRank - Webmaster and Seo Tools

video motivasi

Koleksi Terbaru Kami

A Person Who Never Made a Mistake, Never Tried Anything New

"A person who never made a mistake, never tried anything new" (siapa pun yang tidak pernah berbuat kesalahan, tidak pernah mencoba sesuatu yang baru). Kutipan dari Albert Einstein
Jika kita ingin sukses yang lebih besar, jika kita ingin kegemilangan yang lebih maksimal, kita perlu sesuatu yang baru, kreasi baru. Kita pun perlu memiliki gambaran sukses yang jelas. Harus kita sadari, jalan menuju sukses tidak selalu mulus. Pasti dalam prosesnya, akan muncul banyak "kerikil" dan "batu" yang menghadang.
Ada kerikil kecil bernama kesulitan. Batu kecil bernama lemah mental dan kesulitan. Batu besar bernama kegagalan. Tak terkecuali karang yang disebut kegagalan.
Kegagalan sering jadi momok bagi banyak orang. Tapi menurut orang sukses yang sudah menyadari arti kegagalan bagi pencapaian sukses mereka, kegagalan adalah sukses yang tertunda.
Jika kita tahu sifat sukses harus melewati kegagalan, kita akan siap menghadapi setiap bentuk "kerikil" dan "batu" yang ada di depan. Gagal, bangkit lagi! Jatuh, bangun lagi! Karena siapa pun yang takut gagal dan tak pernah berbuat salah, sukses takkan pernah dicapainya.
"A person who never made a mistake, never tried anything new"! Berani gagal, berani sukses!
Salam sukses, luar biasa!
___________________
Gambar (save & share): 

Belajar dari Pohon

1. Pohon tidak makan dari buahnya sendiri.
Untuk hidup / tumbuh, pohon memperoleh makan dari tanah. Semakin dalam akarnya, makin banyak nutrisi yang diserap.

Ini berbicara tentang kedekatan hubungan kita dengan Sang Pencipta sebagai Sumber Kehidupan.
Kenapa buah kurma manis sekali? Pohon kurma itu ditanam di padang pasir. Bijinya ditaruh di kedalaman 2 meter, kemudian ditutup dengan 4 lapisan. Sebelum pohon kurma itu tumbuh, dia berakar begitu dalam sampai kemudian menembus 4 lapisan tersebut dan menghasilkan buah yang manis di tengah padang pasir.

Intinya, kita perlu proses perjuangan yang luar biasa ketika kita menginginkan hasil yang luar biasa pula. Bisakah kita menjadi seperti "pegas" yang memiliki daya dorong kuat ketika ditekan?

2. Pohon tidak tersinggung ketika buahnya dipetik orang.
Kadang kita protes, kenapa kerja keras kita yang menikmati justru orang lain. Inilah prinsip memberi.

Kita ini bukan bekerja untuk hidup, tetapi bekerja untuk memberi buah.
Kita bekerja keras supaya kita dapat memberi lebih banyak kepada orang yang memerlukan, bukan demi diri sendiri.

Cukupkan dirimu dengan apa yang ada padamu; tapi tidak pernah ada kata cukup untuk memberi berkah pada orang lain dengan pemberian kita.

3. Buah yang dihasilkan pohon itu menghasilkan biji, dan biji itu menghasilkan multiplikasi.

Ini bicara tentang bagaimana hidup kita memberi dampak positif terhadap orang lain. 

Bila kita menjadi seorang pemimpin..itu bukan masalah posisi/ jabatan, tapi mengenai pengaruh dan inspirasi yang bisa diberikan kepada orang lain.

Jadilah Bijaksana Hari Ini


Dahulu kala, ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih yang sangat cantik dan gagah. Suatu hari, seorang saudagar kaya ingin membeli kuda itu dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya. Teman-temannya menyayangkan dan mengejek dia karena tidak menjual kudanya itu.

Keesokan harinya, kuda itu hilang dari kandangnya. Maka teman-temannya berkata, "Waduh! Sungguh jelek nasibmu, padahal kalau kemarin kamu jual, kamu sudah jadi orang kaya lho. Sekarang kudamu sudah hilang." Si petani miskin hanya diam saja.

Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu teman-temannya berkata, "Wah beruntung sekali nasibmu! Ternyata kudamu membawa keberuntungan ya.." Si petani hanya diam saja.

Beberapa hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah. Teman-temannya berkata, "Ah, rupanya kuda-kuda itu membawa sial. Lihat tuh, sekarang kaki anakmu patah!" Si petani tetap diam tanpa komentar.

Seminggu kemudian, terjadi peperangan di wilayah itu. Semua anak muda di desa dipaksa untuk berperang, kecuali si anak petani karena dia belum bisa berjalan. Teman-temannya mendatangi si petani sambil menangis, "Beruntung sekali nasibmu karena anakmu tidak ikut berperang. Anak-anak kami harus ikut perang."

Si petani kemudian berkomentar, "Sebaiknya kita tidak terlalu cepat membuat kesimpulan dengan mengatakan nasib baik atau jelek. Semuanya adalah suatu rangkaian proses. Syukuri dan terima keadaan yang terjadi saat ini. Apa yang kelihatan baik hari ini, belum tentu baik untuk hari esok. Apa yang buruk hari ini, belum tentu buruk untuk hari esok. Jadilah bijaksana hari ini!"

Seorang Ibu Berkorban Nyawa Demi Sang Bayi

Stacie Crimm sudah diberi tahu dokter bahwa ia tak mungkin punya anak. Ternyata ketika usianya menginjak 41 tahun ia justru hamil. Akan tetapi kegembiraan itu harus dibayar dengan sesuatu yang tak terbayangkan.
Setelah menjalani kehamilan beberapa bulan, Stacie yang memilih jadi single mother itu didiagnosa terkena kanker leher dan kepala. Kanker itulah yang menyebabkannya sering sakit kepala dan tubuhnya suka bergetar.
Dokter menyarankan agar ia menjalani kemoterapi. Namun ia menolak karena takut mengganggu kesehatan bayi yang dikandungnya. Ia tahu risikonya besar bagi dirinya namun hal itu harus dijalaninya. Dalam satu pesan pendek pada kakaknya, tergambar kalau ia memahami risiko itu. "Aku harap aku bisa berumur panjang. Jika sesuatu terjadi padaku, kamu ambil bayi ini," katanya pada Ray Phillips, sang kakak.
Bulan Agustus lalu Stacie mendadak pingsan karena pengaruh kankernya. Berbarengan dengan itu detak jantung sang bayi ikut turun. Jantung Stacie kemudian malah berhenti selama satu jam. Menghadapi situasi sulit itu tim dokter akhirnya mengeluarkan bayi meski masih 10 minggu sebelum waktunya.
Bayi yang kemudian diberi nama Dottie Mae itu dibawa ke ruang inkubasi yang berada di gedung terpisah. Seorang suster yang tahu perjuangan Stacie untuk memiliki anak merasa iba. Ia merasa Stacie tak akan pernah melihat bayinya. Karena itu ketika Stacie siuman ia membawa Dottie Mae ke sampingnya untuk melihat bayinya, mungkin untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
Kakak Stacie, Ray Phillips, menyaksikan peristiwa menyedihkan itu. Stacie melihat anaknya dengan begitu bahagia meski ia tak berdaya. Ia menyentuh lengan anaknya. "Aku merasa hal seperti ini mungkin hal yang paling indah dalam hidupku. Aku tidak berpikir akan pernah melihat hal yang indah lagi," kata Ray menirukan sang adik.
Stacie akhirnya meninggal tiga hari kemudian. Perjuangannya untuk memiliki anak berhasil ia lakukan meski ia harus kehilangan nyawanya. Dottie sendiri bisa tumbuh dengan sehat di tangan Ray Phillips dan istrinya Jennifer yang sudah memiliki enam anak.

Seberapa Kayakah Kita



Suatu hari seorang ayah mengajak anak laki-lakinya pergi jalan-jalan ke daerah pedesaan dengan niat ingin menunjukkan kepada anaknya itu bahwa di dunia ini ada orang-orang yang miskin. Mereka menginap sehari semalam di rumah sebuah keluarga yang sangat miskin.
Ketika mereka pulang, sang ayah bertanya kepada anaknya, "Bagaimana perjalanannya?"
"Menyenangkan sekali, Yah!"
"Kau bisa lihat kan di dunia ini ada orang-orang yang miskin?" tanya sang ayah.
"Iya!"
"Apa yang kau pelajari?"
Anak itu menjawab, "Aku perhatikan kita cuma punya seekor anjing di rumah, sedang mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luas hingga ke tengah taman, tapi mereka punya sungai yang tidak ada ujungnya. Kita membeli lampu taman kita dari luar negeri, tapi mereka punya bintang-bintang di langit. Kita punya serambi rumah yang luasnya hingga ke halaman depan, mereka punya seluruh langit." Sang ayah terbengong-bengong mendengar jawaban anaknya.
Sang anak menambahkan, "Terima kasih, Yah, karena sudah menunjukkan betapa ‘miskinnya" kita!"
Membaca kisah di atas, sangatlah jelas bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sangat bergantung pada cara pandang kita dalam melihat kejadian-kejadian itu? Jika kita masih bisa berbuat baik, punya teman, keluarga, masih sehat, masih bisa bergurau dan mencintai hidup, itu berarti kita punya segalanya! Itu berarti kita sudah kaya! Semua hal itu tidak bisa ditukar dengan uang sebesar apa pun.
Kita mungkin punya segala harta benda, punya tabungan yang cukup untuk masa depan. Tapi jika jiwa dan hati kita miskin, segala kekayaan tadi tidak ada artinya! Jika kita tidak punya hati yang positif, kita lebih miskin daripada orang yang miskin harta.

8 Kunci Sukses Think Big

Ben Carson dikenal sebagai ahli bedah saraf dunia yang hebat. Padahal peraih penghargaan The Presidential Medal of Freedom 2008 dari Presiden AS ini waktu kecil dikenal sebagai anak miskin dan bodoh.
Suatu kali ibunya menyadarkannya bahwa ia sebenarnya bukan anak bodoh hanya kurang belajar. Maka sang ibu menekannya agar ia banyak membaca buku baik buku pelajaran maupun buku lainnya. Meski mereka miskin dan tak mampu beli banyak buku, ibunya meminjam buku-buku dari perpustakaan umum untuk dipelajari Ben. "Dalam kondisi miskin kita tak akan punya kesempatan untuk pergi ke mana-mana. Namun dengan buku kita bisa pergi ke mana pun kita mau, bisa jadi orang seperti apapun, dan bisa melakukan apapun yang kita inginkan," tutur ibunya.
Berkat disiplin yang ditanamkan ibunya itu akhirnya Ben sukses jadi ahli bedah saraf dunia. Ia berbagi kiat suksesnya dalam sejumlah buku, salah satunya Think Big. Selalu berpikir besar (Think Big) inilah yang mendorongnya jadi orang sukses.
Tapi sebenarnya apa Think Big menurut Carson? Ia punya rumusan singkat, bahwa
Think Big terdiri dari 8 kunci sukses yang diurai dari delapan huruf (T-H-I-N-K-B-I-G)
T - berati talent (bakat) atau time (waktu). Kenalilah bahwa waktu dan bakat adalah hadiah dari Tuhan.
H - adalah "hope", harapan untuk hal-hal yang baik dan jujur (honest).
- adalan "Insight", wawasan yang diperoleh dari orang atau buku-buku bagus.
N - adalah "to be Nice to all people", berbuat baiklah pada semua orang.
K - adalah "knowledge" (ilmu pengetahuan), kenalilah ilmu pengetahuan sebagai kunci kehidupan.
B - adalah "book" (buku), bacalah buku sebanyak-banyaknya.
I - "In-dept", belajar dan perdalamlah keterampilan.
G - adalah "God", Tuhan. Semua orang punya Tuhan. Jangan lupa pada Tuhan.
Ia menyimpulkan semua itu dari pelajaran yang diberikan ibunya. "Ketika saya sedang belajar ibu saya selalu bilang, ‘Kamu bisa melakukan apa saja yang orang lain lakukan, hanya saja kamu harus melakukannya dengan lebih baik'," katanya. Sekarang terbukti berkat konsep "Think Big" itu seseorang bisa sukses. Dialah contohnya.

Xu Yuehua, Tanpa Kaki Merawat 130 Anak Yatim Piatu

Xu Yuehua, seorang wanita tanpa kaki yang mendedikasikan hidupnya untuk merawat sebuah yatim piatu di China, sungguh perkerjaan yang luar biasa. Dulunya Xu Yuehua adalah seorang gadis kecil yang normal seperti teman-temannya. Sampai pada suatu saat, waktu mengumpulkan batubara di rel kereta api. dan sebuah kecelakaan kereta api membuat Xu kehilangan kedua kakinya pada usia 13 tahun. Tidak ada kaki di usia yang sangat muda mungkin bagai dunia telah berakhir bagi Xu yuenhua. Apalagi Xu Yuehua saat itu adalah yatim piatu. Tidak semua orang bisa menghadapi kenyataan hidup ini.
Xu Yuehua
Xu Yuehua dengan sabar mengurus anak yatim piatu
Di saat-saat rasa frustasi menyelimutinya, Xu Yuehua segera sadar untuk menjadikan hidup dan tubuhnya berguna untuk sesama selama dia diberi kesempatan hidup di dunia. Ia telah merasakan waktu kecil sebagai yatim piatu dulu, dan dengan mengandalkan dua kursi kayu pendek untuk menyangga tubuhnya dan untuk berjalan, Xu melanjutkan hidupnya dengan tujuan dan semangat yang mulia, yaitu mengasuh dan membesarkan anak-anak yatim piatu .
Di Xiangtan Social Welfare House yang membantunya melalui masa-masa sulit ini Xu menemukan panggilannya. Saat ini, Xu telah menjalani 37 tahun merawat anak-anak yatim piatu di lembaga kemanusiaan ini. Dengan keterbatasannya, sudah 130 anak yang dibesarkan Xu. Memang tidak mudah untuk berpindah dari ranjang yang satu ke ranjang lain menggunakan bangku pendek. Belum lagi saat harus menyusui, meredakan tangisan bayi yang rewel dan mengajak mereka bermain. Namun wanita yang disebut ‘The Stool Mama’ ini melakukan semua hal dengan sebaik-baiknya.
Dengan melakukan yang terbaik, satu per satu kekhawatiran dalam kehidupan Xu Yuehua seakan dijawab oleh Yang Maha Kuasa. Pada tahun 1987, Xu menikah dengan Lai Ziyuan, seorang petani sayur di panti asuhan yang sama dan melahirkan anak laki-laki, Lai Mingzhi, tiga tahun kemudian. Xu mengaku sangat bahagia dengan hidup dan pengabdiannya.
Dalam benaknya, cacat fisik bukanlah menjadi batasan ataupun halangan seseorang untuk melakukan sesuatu dan berbagi demi mengurusi orang lain. Bahkan dengan kerendahannya hatinya yang sangat tulus, perempuan tersebut mengatakan, dirinya bukanlah orang hebat. Apa yang dilakukannya semata-mata hanya untuk memberikan kasih sayang seorang ibu. Untuk anak-anak yang nasibnya kurang beruntung, karena telah kehilangan orang tua.
Ia telah merasakan kehilangan kedua orangtuanya sejak masih kecil. Mulai saat itulah, dirinya dirawat di Rumah Yatim Piatu Xiantan. Dengan menggunakan kursi kecil untuk menggantikan kedua kakinya tersebut, Xu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Seperti memberi makan, mencuci, mengganti selimut, bahkan kadang membuatkan sepatu untuk 130 anak yatim asuhannya.
Xu Yuehua
Xu Yuehua sedang berbincang dengan Sheng Li anak yatim pertama yang dibesarkan olehnya
Mengasuh dengan Sepenuh Hati
Seperti dikutip dari Orange.co.uk, Rabu (22/12), Sheng Li, salah seorang anak asuh Xu Yueahua menuturkan, bahwa Xu merupakan pahlawan di mata anak-anak penghuni rumah panti asuhan Xiantan. “Tanpa Ibu Besar (panggilan untuk Xu Yuehua), mungkin saya sudah meninggal sejak lama. Suara kursi kecil yang menjadi tanda datangnya Ibu Besar merupakan suara yang terindah yang pernah saya dengar hingga saat ini,” ungkap Sheng Li.
Meski telah memiliki keluarga sendiri Xu tetap merawat anak-anak di panti asuhan di tempat dirinya dulu dibesarkan.  “Saya bukanlah orang hebat. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, yaitu memberikan kasih sayang seorang ibu untuk anak-anak malang itu,” ucap Xu merendah.
Xu Yuehua
Sebuah pelajaran yang sangat berharga, bahwa kebahagiaan selalu ada dalam setiap orang yang selalu berpikir positif, berpikir maju dan tidak berkubang dalam penderitaannya
Foto Xu Yuehua yang lain :
Xu Yuehua
Xu Yuehua
Xu Yuehua
Xu Yuehua
Xu Yuehua
Xu Yuehua
Xu Yuehua

Lena Maria, Sukses dengan Segala Keterbatasannya

Perempuan bernama lengkap Lena Maria Klingvall ini, mungkin tidak seberuntung kita. Lena, panggilan akrabnya, lahir di Swedia pada 28 September 1968 tanpa memiliki kedua lengan dan dengan kaki kiri yang lebih kecil dari ukuran normal. Namun siapa sangka dirinya mampu meraih lebih banyak prestasi bila dibandingkan dengan kebanyakan orang yang berfisik normal.

Mengetahui putrinya lahir dengan keadaan cacat secara fisik, orangtuanya tidaklah kecewa dan berputus asa, mereka bahkan yakin bahwa putrinya berhak melakukan apapun! Mereka membesarkannya dengan penuh kebanggaan dan kasih sayang. Hal ini yang menjadikan Lena Maria tumbuh menjadi sosok yang mandiri, penuh keyakinan, dan kepercayaan diri.

Di usianya yang baru 3 tahun, Lena sudah mulai belajar renang dan menjadi perenang yang mewakili negaranya di usia ke-15. Lena berenang di Kejuaraan Dunia pada usia 18 tahun,memecahkan rekor, dan meraih empat medali emas dalam perlombaan gaya kupu-kupu.

Sisi kemandiriannya terus menonjol. Pada 18 tahun juga, Lena belajar mengemudi. Berawal dengan mengemudi dengan kakinya, sampai merancang sendiri mobil sesuai dengan kondisi fisiknya, yaitu dengan sebuah alat pengontrol untuk mengatur fungsi rem dan gas mobilnya. Tidak hanya itu, pekerjaan menulis, merajut, memasak, bahkan melukis seolah tidak menjadi kendala baginya.


Lena terus mengasah diri, salah satunya melalui bidang seni. Lena mendapatkan beasiswa dari pemerintah Swedia untuk melanjutkan pendidikannya di The Royal University College of Music. Bahkan Lena telah membuat beberapa album lagu, juga mengadakan berbagai konser di Moskow, Latvia, Jerman, Amerika Serikat, Hong Kong, Thailand, Korea, Singapura, Malaysia, dan Taiwan.

Selain berprestasi di bidang tarik suara, Lena juga sangat berbakat dalam melukis. Lena melukis menggunakan mulut dan kakinya. Pada tahun 1996, Lena Maria meluncurkan sebuah buku yang mengisahkan tentang hidupnya, yang berjudul "Foot-Notes" yang saat ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa antara lain bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Jepang, Thailand, Korea, Mandarin, dan Rusia.

"Saya lebih memilih untuk bersyukur atas apa yang dapat saya lakukan, daripada kecewa atas apa yang tak dapat saya lakukan," demikian kata-kata dari Lena. Sungguh, pemikiran yang sangat inspiratif yang dapat memotivasi diri kita agar tidak mudah menyerah karena keterbatasan yang ada. Pantang bagai kita mengatakan "tidak bisa" dalam segala hal! Selama kita memiliki tekad dan keberanian untuk bertindak, tidak ada kata "tidak bisa" dalam diri kita. Jika Lena Maria bisa, kita pun seharusnya lebih bisa!


Kebiasaan Apa yang Anda Pelihara?

Penulis : Muk Kuang ( Profil Penulis )

Pernahkah Anda menemukan orang-orang yang biasa datang terlambat; entah itu dalam sebuah rapat atau dalam sebuah pertemuan penting? Pernahkah Anda menjumpai orang yang iasa mengeluh, biasa gosip, biasa membicarakan keburukan orang lain, biasa manipulasi, biasa bohong, biasa menunda pekerjaan, biasa mengumbar janji, biasa melanggar aturan, biasa lari dari tanggung jawab, biasa mencari kambing hitam, biasa menyalahkan orang lain, biasa menyombongkan diri? Atau mungkin secara tidak sadar kita sendiri juga memiliki kebiasaan-kebiasaan tersebut dalam keseharian kita?

Saya teringat sebuah perumpaan yang diceritakan pada salah buku inspirasional, yang mengatakan bahwa di dalam tubuh kita sebenarnya ada dua "serigala", yakni serigala yang baik dan serigala yang jahat. Kedua serigala ini selalu berbenturan dan tidak saling mendukung. Serigala baik selalu mengajar kita untuk menjaga perilaku, perkataan, kebiasan yang positif dan bernilai sementara serigala yang jahat selalu menggoda kita untuk menunda-nunda, malas, dan sesekali mengajak kita melanggar aturan. Pertanyaannya kepada kita adalah serigala mana yang akan lebih banyak kita beri makan? Dengan kata lain, serigala mana yang mau kita pelihara hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun? Ada pepatah yang mengatakan, "You are what you repeatedly do." Anda adalah apa yang Anda lakukan berulang-ulang!



Bagaimana sampai terbentuknya sebuah kebiasaan?

Berawal dari sikap mental seseorang, bagaimana pola pikirnya akan suatu hal akan mempengaruhi tindakan dan perilakunya sehari-hari. Tindakan dan perilaku yang dilakukan berulang-ulang, lambat laun akan menjadi sebuah kebiasaan. Contoh yang paling sederhana adalah membuang sampah. Jika seseorang menganggap membuang sampah sembarangan adalah hal yang lumrah, maka tindakan dan perilakunya akan masa bodoh jika ia membuang sampah sembarangan, sehingga perilaku ini sudah mendarah daging dan terbentuklah sebuah kebiasaan. Terkadang di perjalanan saya mengamati, bagaimana seseorang yang berada dalam mobil mewahnya, dengan santai membuka kaca dan membuang berlembar-lembar kertas tisu ke luar.

Contoh yang paling populer adalah kebiasaan terlambat atau ‘jam karet'. Mendapat undangan rapat jam 9, baru tiba jam 10, karena menganggap sudah biasa dan sudah menjadi tradisi di sini kalau undangan rapat pasti ‘ngaret' jamnya. Jika seseorang memegang teguh nilai-nilai positif dalam hidupnya maka hal tersebut akan tercermin lewat sikap mentalnya sehingga mempengaruhi tindakannya sehari-hari. Akan tetapi jika nilai-nilai yang dipegang dalam hidupnya hanya egoisme, memikirkan perut sendiri, malas, tidak mau berusaha, selalu negatif kepada orang lain, maka saya khawatir tindakannya akan mengikuti nilai dan pola pikir yang dipelihara sehingga membentuk kebiasaan.

Kebiasaan yang positif tentu memiliki nilai manfaat yang positif bagi hidup kita dan orang lain, akan tetapi sebaliknya kebiasaan yang negatif tidak memberi nilai tambah untuk hidup kita dan orang di sekitar kita. Jika kita mau menjadi yang terbaik di bidang kita masing-masing, mulailah periksa selama ini kebiasaan seperti apa yang kita pelihara.

Aristoteles pernah berkata, "Excellence is not a singular act, but a HABIT". Untuk menjadi yang terbaik atau unggul bukanlah tindakan satu kali, tetapi sebuah KEBIASAAN. Kita sama-sama memiliki 24 jam sehari, tidak ada yang lebih, tidak ada yang kurang. Akan tetapi terkadang kita bisa melihat banyak orang yang begitu produktif sementara ada orang-orang yang sama sekali tidak produktif dalam satu hari.

"Produktif" berarti dia melakukan sesuatu yang berarti dalam 24 jam, dia benar-benar mengelola waktunya dengan baik. Keseimbangan dalam hidupnya terjada. "Tidak produktif" berarti dia lebih banyak menghabiskan waktu 24 jamnya untuk hal yang tidak bernilai manfaat untuk dirinya dan orang lain. Tanyakan kepada diri kita masing-masing, selama 24 jam, mayoritas kita habiskan waktu kita untuk apa? Jika kita menjawab "bekerja", maka pertanyaan selanjutnya adalah selama bekerja apa yang sudah kita lakukan? Apakah waktu bekerja kita lebih banyak bergosip ria, membicarakan orang lain, bermalas-malasan, lebih sering update status facebook/twitter daripada update pekerjaan kepada atasan, atau kita benar-benar memberikan yang terbaik waktu kita untuk pekerjaaan kita? Hanya pribadi masing-masing yang mengetahui persis jawabannya.

Banyak orang terkadang menyalahkan waktu, dan menganggap waktu yang diberikan kurang. Kita diberikan waktu yang sama, dan sudah adil. Yang membedakan adalah bagaimana seseorang mengisi waktunya selama 24 jam, itulah yang membuat seseorang menjadi unggul. Ada orang yang begitu semangat dan ingin cepat menyelesaikan tugasnya saat rapat, ada orang yang lebih memilih datang terlambat. Ada pribadi yang senantiasa bersyukur, adapula pribadi yang tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluh hari demi hari. Ada sosok yang berani mempertanggungjawabkan kesalahannya, tapi ada juga pribadi yang biasa melarikan diri dari tanggung jawab dan mencari-cari alasan.

Bagaimana mengubah kebiasaan?

Yang terpenting ada kemauan untuk berubah, niat untuk kembali ke kebiasaan yang lebih positif. Sebuah buku yang pernah saya baca menyarankan kita untuk membuat "komitmen 21 hari". Kita harus betul konsisten selama 21 hari untuk membentuk kebiasaan baru. Jika kita pada hari ke sepuluh kita kembali ke kebiasaan lama kita, maka kita harus kembali mengulangnya dari hari pertama.

Dalam beberapa kali kesempatan seminar dan training saya selalu mengatakan, mengubah kebiasaan tentu tidak mudah, akan tetapi bukan berarti tidak bisa. Dibutuhkan sebuah kemauan keras dan komitmen yang keras untuk berubah. Jika kita memandang hidup ini penting untuk diisi dengan arti yang positif, maka mulailah mengubah kebiasaan dari sekarang.

Ubah Tindakan dan Raih Keajaiban

Penulis : Suhardi

Seorang pria sedang menunggu pesawat yang akan dinaikinya di ruang tunggu bandara. Selang 30 menit kemudian, sebuah suara yang keluar dari pengeras memberitahu agar para penumpang dengan nomor penerbangan sekian tujuan kota X segera menaiki pesawat.



Pria tersebut kemudian masuk ke dalam pesawat dan mencari tempat duduk sesuai tiket. Kebetulan ia duduk di samping emergency exit atau pintu keluar darurat. Tidak lama kemudian setelah semua penumpang berada di tempat duduk, datanglah seorang pramugari yang mendekati pria tersebut.

Pramugari cantik itu berkata padanya, "Maaf Pak. Kebetulan Bapak duduk di samping pintu darurat. Untuk itu kami mohon kerja samanya. Jika terjadi sesuatu dan terpaksa harus mendarat darurat, silakan Bapak buka pintu darurat ini agar penumpang bisa keluar darurat. Untuk lebih jelasnya, silakan baca petunjuknya di buku instruksi keselamatan."

Pria itupun menganggukkan kepalanya tanda mengerti apa yang disampaikan pramugari itu. Kemudian ia beserta pramugari lainnya segera memberikan instruksi keselamatan kepada para penumpang di saat pesawat mulai berjalan perlahan menuju landasan pacu.

Pesawat berhasil lepas landas dan mengudara meninggalkan bandara. Segalanya berjalan dengan normal dan tidak ada masalah sama sekali. Tapi di tengah perjalanan, mesin pesawat tiba-tiba bermasalah sehingga harus dilakukan pendaratan darurat. Para penumpang langsung panik. Mereka diminta untuk memakai pelampung keselamatan dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa.

Pria tadi yang duduk di samping pintu darurat segera teringat dengan perkataan pramugari tadi agar segera membuka pintu darurat jika terjadi masalah. Maka ia segera membuka pintu darurat itu. Ia berusaha membuka, tapi pintunya tidak bisa terbuka. Di saat pesawat semakin mendekati daratan, pria itu semakin panik dan mendorong dengan sekuat tenaga, meninju, bahkan menendang pintu tersebut. Tapi, pintu tetap tidak mau terbuka.

Ia mulai pasrah. Ia berpikir hidupnya akan segera berakhir. Pintu darurat tidak bisa dibuka dan ia tidak akan bisa keluar hidup-hidup. Tapi untunglah, ternyata pesawat dapat mendarat darurat dengan selamat meskipun sedikit hancur. Semua penumpang selamat dan tidak ada yang luka parah meskipun banyak dari mereka yang begitu shock.

Pintu pesawat akhirnya terbuka dan para penumpang langsung segera berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri. Pria itu pun ikut keluar dengan langkah cepat. Untunglah tidak terjadi sesuatu yang mengerikan. Semua bernapas lega karena masa kritis sudah lewat.

Pria itu kemudian teringat dengan pramugari yang tadi memberikan instruksi padanya. Ia pun segera mencari dan akhirnya berhasil menemuinya. Ia berkata dengan sedikit marah, "Kamu menyuruhku untuk membuka pintu darurat, tapi pintunya sama sekali tidak bisa dibuka."

Lalu pramugari itu membalas, "Pintunya berfungsi dan tidak rusak."

Pria tersebut membalas dengan kesal, Saya mendorong dan menendang pintu sampai kaki tanganku kesakitan, tapi tetap tidak terbuka."

Mendengar penjelasan pria itu, si pramugari menghela napas dan menggelengkan kepala sambil berkata, "Pintunya harus ditarik, bukan didorong, baru bisa terbuka. Apakah Bapak tadi membaca buku instruksinya?"

Pria itu wajahnya merah karena malu. Katanya, "Saya tidak membacanya."

Pesan kepada pembaca:

Cerita di atas mungkin sering terjadi pada sebagian besar orang. Mereka melakukan sesuatu, tapi ketika ingin mendapatkan hasil yang berbeda, mereka malah terus melakukan hal yang sama berulang kali. Itulah yang disebut "gila" oleh Albert Einstein, yang menunjuk pada orang yang terus melakukan tindakan yang sama dan berharap mendapatkan hasil yang berbeda.

Jika Anda menanam bibit jeruk, maka Anda akan memanen buah jeruk. Jika Anda tidak ingin buah jeruk, melainkan buah apel, maka Anda harus menanam bibit apel. Itulah analogi yang sederhana. Tapi banyak orang terjebak dengan menanam bibit jeruk sambil berharap memanen buah apel.

Seringkali kesuksesan tidak dapat diraih karena tidak peka terhadap hasil yang didapatkan dan terus melakukan tindakan yang sama. Padahal salah satu rumus sukses adalah fleksibel dengan tindakan yang kita ambil. Jika tindakan yang kita ambil terus membawa hasil yang mengecewakan, itu artinya kita harus mengubah dan mengambil tindakan yang berbeda. Jika gagal lagi, kita harus bertindak lagi dengan cara yang berbeda sampai kita berhasil. Itulah yang dinamakan fleksibel.

Banyak orang yang tidak fleksibel. Akibatnya, mereka terus melakukan tindakan yang salah. Bahkan mereka tidak menyadari bahwa tindakan tersebut membawa mereka ke arah yang salah. Tidak heran banyak yang tidak mengerti mengapa mereka masih belum berhasil padahal sudah bertindak dan pantang menyerah.

Seringkali kesuksesan begitu dekat dengan kita. Jaraknya hanya terpaut tingkat fleksibilitas tindakan kita. Jika tidak fleksibel dan terus melakukan tindakan sama yang salah, maka jangan harap kesuksesan akan datang meskipun kesuksesan sudah begitu dekat. Apakah bisa melihat matahari terbit, jika Anda selalu berjalan ke arah barat?

Renungan Malam

Suatu hari, seorang motivator terkenal membuka seminarnya dengan cara unik.
Sambil memegang uang pecahan AS $ 100, ia bertanya kepada hadirin, “Siapa yang mau uang ini?”
Tampak banyak tangan diacungkan, pertanda banyak yang minat.
“Saya akan berikan uang ini kepada salah satu dari Anda sekalian, tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini.”
Ia berdiri mendekati hadirin.
Uang itu diremas-remas dengan tangannya sampai berlipat-lipat.

Lalu bertanya lagi, “Siapa yang masih mau uang ini?”
Jumlah tangan yang teracung tak berkurang.
“Baiklah,” jawabnya, “apa jadinya bila saya melakukan ini?” ujarnya sambil menjatuhkan uang ke lantai dan menginjak-injaknya dengan sepatunya. :gila:
Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi.
“Nah, apakah sekarang masih ada yang berminat?”
Tangan-tangan yang mengacung masih tetap banyak.
“Hadirin sekalian, Anda baru saja mendapatkan sebuah pelajaran penting.
Apa pun yang terjadi dengan uang ini, Anda masih berminat karena apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya.
Biarpun lecek dan kotor, uang ini tetap bernilai 100 dolar.”
Dalam kehidupan ini, kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan berlepotan kotoran akibat keputusan yang kita buat dan situasi yang menerpa kita.
Dalam kondisi seperti itu, kita merasa tak berharga, tak berarti.
Padahal apapun yang telah dan akan terjadi, Anda tidak pernah akan kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai Anda.
So, setiap kali merasa diri tak berarti, ingatlah akan selembar uang 100 dolar tersebut.
Jangan pernah lupa – Anda adalah SPESIAL.

Kita Dilahirkan di Dunia Ini Pasti Punya Manfaat

Penulis : Andrie Wongso

Setiap bangsa, setiap budaya tentu memiliki cerita-cerita fabel. Dongeng tentang binatang sebagai tokoh utamanya ini memiliki petuah bijak sebagai bahan pembelajaran hidup khususnya bagi anak-anak. Diceritakan secara turun-temurun dari kakek-nenek ke ayah-ibu, dan seterusnya.

Kita mungkin mendapat ceritanya dari ayah atau ibu kita yang mendongengkannya saat menjelang tidur atau mungkin di kesempatan-kesempatan tertentu. Di sekolah pun saat duduk di bangku sekolah dasar, kita sering mendengar atau membaca fabel-fabel yang diajarkan sebagai bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia atau sastra.

Peran fabel sebagai bahan pembelajaran hidup yang berisi pesan bijak, inspirasi, kecerdikan, dan sebagainya, itu diakui dunia pendidikan sebagai pelajaran yang efektif, simpel dan mudah dicerna. Jangan heran jika sampai kini adaptasi fabel-fabel yang sudah hidup raturan hingga ribuan tahun lalu bertebaran di berbagai karya tulis, animasi, dan lain sebagainya. Adaptasinya juga diselipkan dalam pembelajaran bisnis modern.

Sahabat yang Luar Biasa!

Pagi ini pada talkshow rutin di jaringan Radio Sonora saya membawakan salah satu fabel yang diambil dari buku saya 22 Wisdom & Success dengan judul "Aku Dilahirkan di Dunia Ini Pasti Punya Manfaat". Fabel ini juga ada di CD-Audio book "10 Wisdom, Inspiration & Motivation for Success" #9 dengan judul yang sama.

Cerita itu sangat bermakna, bercerita tentang kura-kura yang merasakan kelambatannya berjalan akan menjadi masalah saat berhadapan dengan binatang buas. Ia pun belajar berlari pada pelanduk. Ternyata ketika ia berhadapan dengan raja hutan yang mencoba memangsanya, tempurung di punggungnya menjadi pelindung yang ampuh. Sang kura-kura pun selamat.

Bahan pelajaran dari fabel itu adalah setiap orang yang dilahirkan di dunia pasti punya manfaat, juga pasti memiliki ciri khas yang tidak dimiliki orang lain. Karena itu mari syukuri apa yang kita miliki dan manfaatkan sebaik-baiknya.

Kita tak perlu silau kala melihat kelebihan orang lain. Karena sekecil apa pun kemampuan kita, jika dikembangkan dengan penuh keyakinan, penuh kesungguhan hati, dan fokus, suatu kali akan membawa kita pada kemenangan dan kesuksesan.



Salam sukses, Luar Biasa!

Salah Satu Kunci Kemenangan

Bibit jagung yang ditanam saat ini tidak mungkin langsung tumbuh saat ini juga. Biji itu harus mengalami yang namanya proses kematian, pembusukan, dan barulah tumbuh tunas muda yang baru. Lalu sedikit demi sedikit tunas jagung yang masih muda itu akan tumbuh menjadi besar, berbuah, dan siap dipanen.

Hukum yang sama juga berlaku dalam perjalanan hidup manusia. Mengawali kehidupan dalam rahim seorang ibu selama sembilan bulan sepuluh hari dan dilahirkan sebagai seorang bayi yang belum bisa membedakan mana tangan kiri dan tangan kanan - sampai masuk pada umur balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Hal yang demikian tentulah membutuhkan proses. Mengerti akan hukum ini (proses) menjadikan perjalan hidup kita terasa lebih mudah.

Kunci menjalani hidup yang bahagia adalah memahami hukum proses yang bekerja dalam setiap perjalanan hidup manusia. Keluhan hanya akan mematahkan sikap antusias dalam menjalani dan memaknai kehidupan kita. Berhentilah mengeluh dan mulailah memahami akan arti hukum proses yang berlaku dalam kehidupan kita.

***

Pada waktu seorang petani menabur benih, ia akan menantikannya dengan sabar hasil dari pada pekerjaannya. Dia akan merawatnya, memupuk, menyiram, dan membersihkan benih yang tumbuh menjadi tumbuhan yang sehat. Lalu dengan sabar pula dia akan menantikan masa tuaiannya.

Hal yang sama pun berlaku dalam setiap aspek hidup kita. Hukum proses bekerja secara permanen. Sebab tidak ada hukumn instan yang berlaku dalam kehidupan kita. Hidup itu tidak seperti mi instan, kita cukup memasukkannya ke dalam air mendidih dan 3 menit kemudian sudah siap disajikan.

"Mengapa harus menunggu tiga bulan ya, baru jagung itu bisa dipanen?" tanya seseorang kepada petani.

"Coba Anda perhatikan wanita yang sedang hamil, di seberang sana," jawab si petani. "Umur kehamilannya baru mencapai lima bulan. Cobalah Anda tanyakan kepadanya, kenapa harus menunggu genap bulannya baru ia melahirkan?" jawab petani.

Mungkin Anda tertawa membaca ilustrasi cerita di atas. Sejujurnya saya pun tertawa saat menuliskannya. Namun cobalah Anda pikirkan bagaimana jadinya kalau wanita dalam cerita di atas melahirkan pada umur kandungannya yang masih lima bulan? Sungguh terlalu berisiko, 'kan?

Begitu pula dengan kehidupan kita. Siapa sih orang yang tidak pernah bermimpi mempunyai uang yang banyak, usaha yang berkembang, rumah yang besar, dan mobil mewah. Saya rasa hampir semua orang pernah memimpikannya. Tidak ada salah dengan mimpi seperti itu. Tapi ironisnya ada banyak orang yang berhenti sampai di situ saja. Bermimpi dan bermimpi, akhirnya mimpinya hanya menjadi sebuah khayalan yang tidak terealisasikan. Mengapa? Karena banyak dari mereka mengalami sindrom putus asa.

Kesuksesan adalah sebuah proses. Seorang anak yang duduk di kelas satu SD tidak mungkin bisa naik kelas dua kalau anak itu tidak mau menjalani proses belajar selama setahun dan mengikuti ujian sekolah. Kita pun tidak akan sampai ke pulau impian kita kalau kita tidak tahan dan memutuskan berhenti menjalani proses dalam perjalanan mencapai tujuan hidup kita. Pencapaian membutuhkan proses.

SUCCESS, here I come!

Setiap waktu kita menjalani proses tersebut. Proses itu bisa dalam bentuk masalah, penolakan, dan kegagalan. Saat kita berusaha untuk maju ada saja orang atau situasi yang mencoba menghalangi jalan kita. "Orang lain dan situasi yang tidak mengenalkan di sekeliling kita dapat menghentikan langkah kita untuk sementara waktu, namun kitalah satu-satunya orang yang dapat menghentikan langkah kita secara permanen," kata seorang trainer dalam bukunya yang berjudul HOPE. Saya pun sependapat dengan pernyataan ini. Kitalah satu-satunya orang yang bisa menggerakan langkah kita dan sekaligus menghentikannya.

Hargailah sebuah proses dalam perjalanan hidup kita. Maka kita pun akan menemukan jawaban-jawaban dari setiap pertanyaan dalam diri kita dan tentunya jangan lupa untuk tetap bersyukur dengan semua yang kita alami.

Ingat sobat, kesuksesan adalah masalah waktu!

Sukses Ada di Genggaman Tangan Kita

Penulis : Andrie Wongso

Pagi ini pada talkshow rutin di jaringan Radio Sonora saya membawakan tema menarik tentang kemandirian. Cerita inspirasi yang dibawakan diambil dari buku saya 20 Wisdom & Success dengan judul "Takdir Ada di Tangan Sendiri".

Cerita itu menggambarkan bahwa sejatinya kekuatan yang menentukan masa depan kita terletak pada kemampuan kita memaksimalkan potensi yang dimiliki. Mereka yang optimis akan senantiasa menyadari keadaan dirinya dengan penuh rasa syukur. Dengan bersyukur mereka mampu memaksimalkan apa yang dimilikinya. Hal inilah yang akan membawa kita pada kemandirian, tidak bergantung pada orang lain, karena kita yakin kita punya kemampuan.


Netter yang Luar Biasa!

Setiap orang sudah pasti berbeda dengan yang lainnya. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Lalu, apakah seseorang yang dilahirkan dengan kekurangan secara fisik, kekurangan kesempatan untuk sekolah, kekurangan secara geografis atau daerah tempat tinggal, orangtuanya miskin, tak punya peluang untuk jadi orang sukses?

Jika itu kenyataannya, mengapa banyak orang cacat, misalnya, bisa sukses dengan mengalahkan orang normal? Mengapa Stevie Wonder, penyanyi yang lahir tanpa penglihatan, bisa sukses dan menjadi legenda hidup mengalahkan mereka yang normal? Kenapa orang-orang yang dulunya miskin kini bisa masuk ke deretan Forbes World Billionaire atau deretan orang-orang terkaya di dunia?

Hanya mereka yang yakin bahwa sukses ada di tangan sendiri dan berani mati-matian memperjuangkannya yang akan sukses. Ini persis seperti filosofi yang sering saya kemukakan.Success is My Right! Sukses adalah hak kita! Oleh karena itu, apa pun potensi kita, mari kita sadari, mari kita perjuangkan. Sukses tengah menanti kita!

Salam sukses luar biasa!

Ombak Besar, Ombak Kecil


Penulis : Andrie Wongso

Alkisah, di tengahsamudra yang luas, saat air laut pasang, tampak ombak besar bergulung-gulung dengan gemuruh suaranya yang menggelegar, seakan ingin menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa.

Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, terdengar gemericik suara ombak kecil bersusah payah mengikuti jejak si ombak besar. Tertatih-tatih, mengekor hempasan ombak besar. Si ombak kecil merasa dirinya begitu kecil, lemah, tidak berdaya, dan tersisih di belakang. Sungguh, terasa menyakitkan.

Dengan suaranya yang lemah, kurang percaya diri, ombak kecil bertanya kepada ombak besar. Maka sayup-sayup, terdengar serangkaian percakapan di antara mereka.

"Hai ombak besar...! Aku ingin bertanya kepadamu...!! Mengapa engkau begitu besar, begitu kuat, dan gagah perkasa? Sementara lihatlah diriku... begitu kecil, lemah, dan tidak berdaya. Aku ingin seperti kamu!"

Ombak besar pun menjawab, "Sahabatku, kamu mengganggap dirimu kecil dan tidak berdaya. Sebaliknya, kamu mengganggap aku begitu hebat dan luar biasa. Anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya!"

"Jati diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu apa...?" timpal ombak kecil.

Ombak besar meneruskan, "Memang di antara kita terasa berbeda, tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama! Kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak kecil dan ombak besar adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati adalah air. Bila kamu bisa menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi. Kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku: kuat, gagah, dan perkasa."


Netter yang Luar Biasa!

Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi. Yang sesungguhnya, itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Seringkali kita memvonis (keadaan itu) sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos: "Aku tidak beruntung", "Nasibku jelek", "Aku orang gagal". Bahkan ada yang menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk ketidakadilan Tuhan!

Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya, kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu. Jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses!

Kesadaran tentang jati diri, bila telah ditemukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah; sedahsyat ombak besar di samudra nan luas, siap menghadapi setiap tantangan dan mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.
 
Copyright © 2014. BukaBaju Template - Design: Gusti Adnyana