Yang Utama adalah Praktek
Alkisah, ada seorang pengusaha pembuat sabun sedang dalam perjalanan pulang. Tiba-tiba dia melihat seorang ibu sedang berteriak histeris “Maling-rampok!” karena tasnya dijambret oleh pengendara motor. Sambil memandang dengan prihatin, dia pun melanjutkan perjalanannya.
Tidak lama kemudian, dia menyaksikan sekelompok orang sedang memukuli seorang pemuda hingga babak belur karena ketahuan hendak mencuri sepeda motor di tempat parkir. Melihat peristiwa itu dia pun termenung dan berpikir, kenapa kejahatan ada di mana-mana dan semakin hari semakin banyak? Tadi si ibu bingung dan sedih karena dompetnya dicopet pencuri. Sekarang ada pencuri tertangkap dan dihakimi secara massal oleh sekelompok orang.
Bukankah sejak dulu sudah ada agama, guru-guru, dan pemuka agama? Bukankankah pelajaran tentang kebaikan dan nilai moral yang benar sudah diberikan? Tetapi mengapa masih begitu banyak kejahatan dilakukan seakan-akan tidak ada agama dan para guru agama? Dengan penasaran, si pengusaha mendatangi seorang pemuka agama yang saat itu kebetulan ditemuinya sedang menonton pertandingan sepakbola remaja.
Sambil bersama menikmati tontonan, si pengusaha menceritakan pengalamannya dan bertanya dengan nada memojokkan, “Guru, kenyataannya sampai saat ini semakin banyak terjadi kejahatan, kekerasan, ketidakadilan, penyiksaan, dan berbagai macam kondisi jelek lainnya, terus apa gunanya banyak agama dan guru agama yang mengajarkan kebaikan dari sejak dahulu kala?”
Sebelum sempat menjawab pertanyaan, terdengar teriakan ramai dari arena pertandingan. Gol! Para remaja itu saling merangkul, menjatuhkan diri ke tanah, bergulingan di tanah sambil bersorak gembira. “Hei, begitu banyak sabun yang telah kamu buat tetapi lihatlah orang-orang itu masih begitu kotor,” komentar sang guru.
“Loh, mereka kotor kan bukan salah kami yang membuat sabun! Mereka pasti bersih jika nanti mandi dan memakai sabun buatan kami,” jawabnya si pengusaha sabun, dengan spontan membela produk buatannya.
Sambil tersenyum sang guru berkata, “Seperti itulah ajaran agama. Sebaik dan sebenar apapun pelajaran diberikan, akan berguna jika dipraktekkan dan dimanfaatkan dengan baik dan benar oleh manusianya. Dengan demikian, ajaran agamanya, atau sabun Anda, tidak bisa dipersalahkan. Begitu, kan?
Pembaca yang budiman,
Hidup bukan teori, hidup adalah praktek. Dalam pelajaran agama apapun dan dimanapun, kalau si pelaku tidak mampu mempraktekan ajaran yang didapat (apalagi menyimpang dalam mempraktekannya) tentu ini adalah kesalahan manusia itu sendiri dan akan mendatangkan kesulitan hidup buat diri sendiri serta membuat penderitaan buat orang lain.
Sama halnya dalam dunia bisnis, jika kita hanya sekadar mengumpulkan teori-teori kesuksessan tetapi tidak mau dan tidak mampu praktek, tentu tidak akan ada hasilnya atau nihil. Hanya dengan belajar dan mempraktekan secara terus menerus, lambat atau cepat, kita akan memperoleh kemajuan yang seperti kita harapkan.
Semoga mampu menginspirasi. Salam sukses, luar biasa!
sumber : http://www.andriewongso.com/articles/details/6008/Yang-Utama-adalah-Praktek
Alkisah, ada seorang pengusaha pembuat sabun sedang dalam perjalanan pulang. Tiba-tiba dia melihat seorang ibu sedang berteriak histeris “Maling-rampok!” karena tasnya dijambret oleh pengendara motor. Sambil memandang dengan prihatin, dia pun melanjutkan perjalanannya.
Semoga mampu menginspirasi. Salam sukses, luar biasa!
Posting Komentar